"Rumit atau... penuh misteri?" Tika menatap Reno dalam-dalam. Reno terdiam, kemudian mengalihkan pandangan. "Ngomong-ngomong soal misteri," Dinda datang-datang angkat bunyi berdasarkan meja, "Kita kan udah usang banget enggak ketemu. Gimana jika kita buka-bukaan aja malam ini? Mungkin terdapat sesuatu yang belum sempat diungkap dulu."
Semua saling pandang. Suasana hangat tersebut berubah sebagai tegang.
"Bima," istilah Dinda sembari menatap temannya itu, "Kamu masih jangan lupa, kan, siapa yg ngancurin kamera Lisa saat kita SMA?"
Lisa pribadi menoleh tajam. "Jangan bilang itu engkau , Bim."
Bima tertawa gugup. "Oke, fine. Itu saya . Tapi serius, itu kecelakaan! Aku enggak sengaja nendang tas engkau ."
Lisa menatapnya menggunakan ekspresi setengah terbuka, kemudian tertawa kecil. "Aku udah curiga berdasarkan dulu. Untung aja saya lupa mau marah."
Tawa pulang memenuhi ruangan, meski terasa lebih hati-hati.
Saat jarum jam memperlihatkan pukul sepuluh, Reno datang-datang berdiri. "Aku punya sesuatu buat kalian." Ia berjalan ke luar ruangan, kemudian pulang membawa kotak besar.
"Apa ini?" tanya Tika curiga.
Reno membuka kotaknya. Di dalamnya terdapat tumpukan foto-foto usang mereka, beberapa penuh coretan tangan, beberapa telah memudar.
"Ini seluruh kenangan kita," istilah Reno sembari meletakkan foto-foto itu pada atas meja. "Aku kumpulin selama ini. Malam ini, kita nostalgia."