Baik aku maupun Ira terpaku mendengar ucapan ibu. Namun tidak dengan bapak. Bapak mengambil pisau yang tergeletak di meja dapur dekat kami berdiri dan mengarahkan ke ulu hatiku.
"Sedikit saja ia terluka aku akan membunuhnya" jantungku nyaris berhenti membayangkan pisau itu menusukku. Aku memang berharap Tuhan memendekkan usiaku. Namun tak terpikirkan jika harus mati dibunuh bapak sendiri.
Hahaha...!
Ibu malah tertawa mendengar ancaman bapak. Tangannya merogoh sakunya dan mengeluarkan pisau dan mengarahkan ke ulu hati Ira. Persis seperti yang dilakukan bapak padaku.
"Kau pikir aku bodoh hahaha"
Ibu dan bapak masih berpandangan penuh amarah. Dengan tangan mereka bersiap-siap menusuk dadaku dan Ira.
Cerita ini hanyalah cerita biasa. Tentang seorang gadis tak istimewa yang mengutuk hari-hari yang ia lewati. Menyesali kenapa ia dilahirkan. Dan berharap Tuhan segera mencabut jatahnya bernapas.
Aku dan Ira berpandangan nanar. Menunggu nasib kami ditentukan oleh kedua orang tua kami. ***