Hendri mengangguk.
Sore itu juga mereka melapor ke polisi. Letnan Herland bergegas membawa pasukannya karena Siliwangi masih bertanggungjawan atas keamanannya. Hendri diinterogasi habis-habisan, karena Syafri, Widy dan Kinan sekaligus terancam.Â
Tetapi ketika Hendri memberi tahu bahwa kemungkinan dalangnya  Karel Lukman, mantan pejuang kemerdekaan, yang dendam pada Hendri yang membuat adiknya Yasril menjadi ikutan komunis dan kabur dari kampung bersama Hendri ke Jawa.
Herland merasa lega. Karena itu artinya yang diincar bukan Syafri yang sudah dianggap keluarganya. Â Itu artinya Syafri, Widy dan Kinan ada di tempat yang salah.
Malam itu juga Syafri pulang bersama Kinan dan diikuti  Widy, Norma dan Medina dengan mobil Herlanda. Ketiga sepedanya diangkut pickup milik militer.
"Kalian menginap dulu di rumah Widy!" pinta Herland kepada Norma dan Medina.
"Baik," kata Norma dan Medina.
Sesampainya di Dago atas, Ayah dan Ibu Widy melotot pada Kinan. Tetapi  anak itu tidak takut malah senyum-senyum. "Seru Ambu!" kata Kinan.
Widy ingin menjewer, tetapi Kinan keburu lari ke kamarnya dan kemudian ke kamar mandi. Â Ayah dan Ibu Widy menyediakan makan malam buat mereka yang menginap di sini. Kang herland dan rekannya juga diminta ikut malam sebelum kembali ke markas.
Malam itu Widy malah ikut tidur bersama Norma dan Medina. Syafri hanya geleng kepala. Â Tetapi dia maklum, mereka masih muda.
"Pasti mereka tidak tidur!" gerutu Syafri.