"Kita lihat saja siapa yang mau ditenda. Â Lalu siapa yang di rumah," kata Azrul.
Namun Nasir kemudian tahu bahwa Norma dan Asrul adalah suami istri, begitu juga Syafri dan Widy, Â mereka ditawari kamar sendiri.
"Nggak ah, malam ini kita cewek-cewek kumpul satu kamar, kalian cowok-cowok  di rumah yang lain," kata Widy. "Boleh ya kang Syafri?"
Widy tumben manja. Â Syafri mengangguk. Â Dia mengerti.
Untuk sementara dua tenda tidak digunakan. Urip ditemani Somad menjaga beranda rumah yang dihuni para perempuan.  Sementara  Bang Mamat dan seorang nelayan lainnya membantu diajak di dalam rumah para laki-laki. Yang satu tidur di kapal.
 Namun mereka dijamu makan ikan, kerang, udang dan cumi bakar dan nasi oleh Nasir atas perintah lurah, Hanief berapa kali membantu penduduk pulau ini.  Mereka mendengarkan radio yang digerakan dengan baterai.  Penerangan menggunakan lampu petromaks.Sekalipun di pulau ada listrik yang ditenagai mesin diesel. Namun Widy si pengusul menolak menggunakan listrik.
"Di Lawu lebih sengsara tahu!" kata Widy berdekatan dengan Syafri dan menyuapinya dengan kerang laut yang dibakar. Syafri menerima dan ganti menyuapi Widy dengan udang bakar.
Norma pun mengikuti dan Azrul terpaksa menurut."Seperti mereka lah Bang! Suap-suapan!"
Sebaiknya, Samson, David dan Lutfi berdiam diri. Â Mereka mengambil nasi dan potongan ikan, makan dengan sendok dengan hat-hati. Mereka terkejut Widy, Jilly, Norma dan Medina makan dengan tangan yang setahu mereka hanya disiram air begitu saja.
Jilly tak hentinya tertawa. Apalagi trio anak badung sudah mulai rukun itu kelihatan cemas. "Kalau kalian memang jagoan jangan mengeluh, bapak-bapak kalian waktu perang seperti apa."
"Memang Norma, bandelnya seperti apa?" tanya Syafri