Baik Lutfi, Samson dan David ketakutan bersembunyi dalam pondok. Nyali mereka ciut karena badan para bajak laut itu, kekar  gempal dan besar dengan kulit kehitaman tandanya keras hidup di laut.
Sabeni dan Urip ingin melawan. Tetapi mereka menghitung korban di pihak penduduk. Lagipula ketiga anak aman, sementara Widy, Syafri, Medina, Jilly, Norma dan Azrul entah di mana.
"Waduh, secara jumlah penduduk sebetulnya bisa melawan?" bisik Syafri ketika dia diminta Widy mengikuti. Mereka bersembunyi di balik pepohonan dengan jarak dua ratus meter.
Widy dan tak menjawab. Â Dia hanya menunjuk di pantai ada sebuah kapal lagi datang berisi empat bajak laut. Â Mereka membawa senapan lantak dan panah.
Ikan hasil tangkapan nelayan diangkut ke peti dan siap untuk dibawa ke kapal. Â Entah di mana polisi ditempatkan di pulau ini. Â Namun rupanya mereka ada dan mencoba menggertak para bajak laut.
"Kalian tinggalkan pulau ini!"
Cukup berani. Seorang bajak laut yang dari pantai menembak, seorang polisi kena tangan. Seorang lagi menembak kena kaki bajak laut. Â Sabeni dan Urip menyergap masing-masing satu orang dengan golok yang mereka bawa.
Bajak laut lain yang pakai parang hendak melukai mereka, tetapi seorang terpental tangannya tertembak  dari sebuah  pondok. Jilly menembak dengan tepat, dia bawa pistol.
Para penduduk ada bersembunyi, tetapi ada yang melawan perkelahian terjadi di pasir putih. Â Seorang memakai parang terperanjat kena slepet katapel. Itu dari Norma.
Widi kemudian mengeluarkan katapel dari sakunya dan juga mulai menylepet.Â
"Waduh!" kata Syafri. "Kok aku nggak tahu, Â anjeun bawa mainan itu?"