Kintan dengan cepat mengajak Syafri  dan membonceng sepedanya  berjalan-jalan di Braga.
"Dia tidak punya kakak laki-laki yang dekat," kata Widy pada Putri. "Kang Herland jauh sekali umurnya. Lagian mana sempat!"
"Nggak apa-apa kan? Anak kecil ini,"
"Nggak apa-apa sih.  Tetapi Kintan  itu baong pisan. Tiap laki-laki yang main ke rumahku  digodain, kemudian diajaknya jalan untuk traktir dia. Suka azas manfaat, bisa telat nanti nonton di Elita."
Putri dan teman-temannya tertawa.
Sementara itu Syafri mengira Kintan hanya mengajak ke Braga, Â namun ternyata lebih jauh ke Taman Sari. Lalu ketika hendak kembali ke Braga melalui Dipati Ukur, Syafri melihat bangunan Universitas Padjadjaran.
"Ke Wastu Kencana yuuk belikan Kintan bunga, sekalian buat Teteh!" Kintan tertawa renyah.
"Ialah," Syafri senang bisa membuat iparnya menjadi riang. Dia melarikan sepedanya ke Wastukencana.Â
Ketika Kintan sedang memilih bunga, Syafri mengawasi. Â Dia tidak menyadari beberapa pemuda mendatanginya.
"Ini dia kawannya sih Yoga!"
Mereka crossboy yang berkelahi dengan dia di Dago Atas. Syafri terkejut. Tetapi dia tenang. "Belum kapok dibawa ke Jalan Aceh?"