"Wartawan banyak yang nakal. Mengapa antum tidak?"
Dia menginterogasi aku. "Iya, seperti tadi. Okelah, tidak usah menurut moral. Tetapi  aku percaya kalau menjaga diri dengan baik maka alam pun akan menjaga dengan baik. Ya, soal wartawan yang nakal. Aku pernah di Sulawesi sekamar dengan seorang wartawan sebuah acara.  Dia butuh hiburan membawa perempuan dan aku diminta ikut pesta  atau keluar kamar."
"Antum pilih keluar kamar dan menunggu pesta selesai. Baru masuk lagi. Â Karena antum takut nanti di perjalanan akan celaka."
"Hanya dua jam tidur. Â Pada malam berikutnya dia tidak mau satu kamar dengan aku karena dianggap tidak fleksibel. Yang aku kesal sebelum pesta dia telepon istrinya bahwa dia bermalam bersama kawan wartawan. Bahkan berkata Sayang."
Pria itu terdiam. "Antum tidak akan melakukan itu kalau sudah menikah?" Â Â
"Selingkuh? Untuk apa? Â Asalkan perempuannya pilihan aku dan keputusanku bukan karena pertimbangan ketentuan masyarakat harus begini-begitu. Â Bukan karena dijodoh-jodohin. Â Jujur, aku memang lebih suka yang jauh lebih muda walaupun sulit dapat, tetapi tidak ada alasan untuk selingkuh. Bagiku kalau sudah dapat yang cantik, pilihan sendiri, Â lebih muda, tetapi masih selingkuh juga itu serakah. Â Sama dengan orang yang merusak hutan di Kawasan Bandung Raya karena serakah."
"Menarik juga antum. Lalu bagaimana apa mengalami kecelakaan waktu perjalanan ke Sulawesi."
"Waktu dari Toraja ke Makassar,  kaca mobil yang aku tumpangi pecah karena kerikil yang terhempas  seperti ditembak hingga harus dilepas. Akibat kaca bagian belakang juga pecah.  Tetapi tiga orang yang di dalam mobil termasuk aku tidak cidera sama sekali padahal sebagian kacanya berhamburan ke dalam kabin.
"Allah melindungimu antum! "R" ingin tahu kamu lebih banyak. Â Assalamulaikum!"
Dia meninggalkan aku, dia menyantap batagor makan lebih cepat.Â
Setelah itu kembali ke hostel karena barang aku titipin di situ sebelum ke Cihampelas ke Pool X-Trans. Â Ke Bintaro Full booking, akhirnya naik bus cadangan 29 sheet.Â