Setelah salat Asar, ke Hotel Batara dan pamit. "R" hanya tersenyum menunduk. "Kalau mau ikut pengajian niatnya karena panggilan hati ya, jangan karena hal lain."
Dia mampu membaca pikiranku. Â Temannya hanya tertawa.
Aku segera ke Hotel Batara. Â Ternyata X-Travel terlambat. Rupanya macet di Karawang. Jadi aku sempat salat maghrib dan makan mi kocok. Â Untungnya perjalanan ke Jakarta lancar. Hanya tiga penumpang, dua lagi seorang Bapak dan seorang Ibu. Tiba malam hari di Jakarta. Â
Tiba di Jakarta pukul 22.00.
Sabtu, 17 Februari 1957, Kawasan Braga Bandung
"Widy! Demonstrasi bukan tontonan tahu!" teriak Syafri di pinggir jalan ketika dia meliput demonstrasi di depan Hotel Savoy Homann, kawasan Braga.
Tetapi gadis itu memang bandel. Dia bersama kawannya Maria dan Putri menjadikan tontonan.
"Kang Syafri, kami juga mengikuti mereka dari Balai Kota!" teriak Maria. "Sini, dekat kami!"
Syafri menurut. Â Widy menengok, tetapi diam saja. Tetapi matanya sekali-sekali melirik. Belum pernah dia tidak menyambutnya. Syafri khawatir Widy marah.
Seorang wartawan lainnya akhirnya malah ke posisi Syafri. Dia membawa kamera. "Kau lihat, orang Masyumi, NU, PNI bahkan PKI bersatu kalau menghadapi hal seperti ini."
"Ya, perspektif berbeda kawan. Yang satu karena moral agama, yang satu moral budaya dan satu lagi karena benci sama kapitalisme," kata Syafri.