Â
"Widy! Aku antar anjeun  ke Dago Atas!" suara Syafri membuat  gadis itu terperanjat.  Pemuda itu mengendarai sepeda onthelnya tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
"Kang Syafri, Keumaha, biasanya tidak pernah seperti ini?" Gadis itu tertawa.Â
"Sekalian aku mau ke rumah pamanku  yang tinggal di Dago Atas juga, Cuma aku tidak tahu anjeun rumahnya sebelah mana rumah pamanku."
Widy terdiam. Dia melihat wajah pemuda itu dari kaki hingga rambut. Â Rapi, tidak seperti biasanya urakan. Â Tetapi kemudian dia tertawa. "Boleh!"
Teman-temannya Maria dan Putri  hanya tersenyum mencibir.Â
Widy berada di belakang Syafri yang langsung mengayuh sepedanya melewati jalan utama melintasi Cicendo, Pabrik Kina, menuju atas.
"Kang Syafri masih kerja di koran?" tanyanya.
"Iya, tapi tidak tahu sampai kapan. Ayah minta aku kerja di Lembang mengurus perkebunan milik Pamanku, sepupu ibu. Mereka takut aku celaka oleh gerombolan atau crossboy karena liputan!"
"Boleh juga aku mampir ke sana, sekalian jalan-jalan," ucap Widy.
Mereka sudah melintas di Jalan Dago tanpa terasa. Mereka melewati kawasan Fakultas Teknik.