Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dua Pendatang Misterius, Bagian Kelima

5 Desember 2023   22:39 Diperbarui: 6 Desember 2023   00:06 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ihttps://www.dbl.id

Adinda dari Planet Bandung  Bermain Basket

Dalam mengikuti pelajaran olahraga, Ananda maupun Adinda berusaha menahan tenaganya agar tidak tampak menonjol.

Mereka tidak ingin lebih banyak lagi orang yang tahu bahwa mereka adalah "alien".

Baca: Dua Tamu Misterius Bagian Empat  

Misalnya pada olahraga basket, Adinda maupun Ananda berupaya  menggunakan tenaga sekecil agar kawannya bisa menangkap operan bola atau kita melakukan tembakan ke arah ring nggak jauh beda dengan kawan-kawan yang lain.

Sayang Pak Prasetya guru  olahraganya jeli bahwa walau tenaga tampaknya sama tetapi akurasi Adinda melakukan shoot di atas rata-rata, seperti layaknya main basket.

Sementara Ananda dinilainya kalau melakukan dribble sukar diambil pemain lawannya bahkan operannya pun sukar dipotong lawannya atau kadang kawan setimnya yang tidak bisa menangkap kalau dia kelepasan.

Untungnya mereka duduk di kelas III hingga bisa mengelak untuk jadi tim basket.

Tetapi suatu ketika Nur Sabrina, Kapten Tim Basket SMA itu melihat keakuratan Adinda  mengajaknya untuk suatu pertandingan melawan sebuah SMA negeri di kawasan Padjadjaran yang  merupakan salah satu tim papan atas di kota kembang itu. Hanya saja di kelas II SMA harus omong apa membujuk anak kelas III. 

SMAN di Cihampelas itu harus memenangkan pertandingan itu karena sudah kalah di pertandingan berikutnya untuk membuka peluang.

Mulanya Adinda enggan, tetapi bestie dia, Hanifa dan Helen sudah dibujuk lebih dulu agar mau merayu Adinda.  Hanifa mau sepupuan dengan Sabrina. 

Akhirnya Adinda mau.

Pertandingan itu berlangsung di GOR Padjadjaran, Adinda satu-satunya siswi kelas III yang ikut.  Karena memang di generasi dia tidak  banyak pemain basket.

Pak Prasteya yang kepo itu tentu saja datang.  Ananda juga datang.  Apalagi penggemar setianya Roby Fuzy. Bu Mia pun yang harusnya diajak arisan memilih ikut menonton.

Tim SMA Cihampelas  hanya punya tujuh pemain, karena lima pemain lainnya cedera dan ada yang sakit. Itu sebabnya Adinda direkrut.

Awalnya Adinda hanya mengoper agar kawan setimnya Mutia Dewi, Karina, Maya Savitri, serta Sabrina sendiri yang menembak bola.

Tim lawan mencibir Adinda yang tingginya hanya sekitar 158 cm. 

Salah satu lawannya yang tingginya 180 cm, tomboi  dan kekar dengan nama di punggung Andarina paling suka meledek.

Ketika menghadapi Adinda dia mengangkat bola tinggi, seolah-olah dia akan bisa diambil.

Kadang dia mendorong Adinda agar jatuh.  Walaupun itu fault. Adinda mendapat kesempatan menembak penalti.

SMA Cihampelas tertinggal  6-18.  Semua angka disumbangkan oleh Sabrina.

"Ayo please Adinda!" bisik Hanifa yang rupanya didengar oleh Adinda.

Dua tembakan mulus dan supporter SMA Cihampelas pun bersorak.

Cindy yang tingginya sekira 180 cm  sama arogannya dengan Andarina masih mencibir. Mereka menganggap kebetulan. Hanya Ghea Oktarin yang tingginya tidak terpaut jauh dari Adinda justru bersimpati.

Di pinggir lapangan, ada tiga laki-laki entah dari SMA mana kerjanya suit-suit terutama melihat tubuh Adinda yang berisi.

Seorang di antaranya Barata mulutnya tidak bisa direm. "Wooi, clubbing saja sama aku!"

Suara itu diantar Hiyang ke telinga Roby Fuzy dengan telepatinya.Tahu-tahu dia dan dua anggota geng motornya mengapit Barata yang jadi terdiam.

"Kamu anak Cibaduyut kan?" seorang anggota geng motor mengenalinya.

Barata pun berhenti berceloteh.

Suatu ketika tangan Cindy menyenggol lengannya dengan cara merendahkan, seolah tingginya ada di bawah dia.

Hal itu  Adinda membuatnya tersinggung.

Dia dengan cepat mengambil bola Cindy lalu langsung menembak dari garis tengah lewat sedikit dan masuk. Three Point.

9-20 masih untuk SMAN Padjadjaran.  Baru saja bola dioper Tania seorang pemain lawan, Adinda memotongnya dengan kecepatan tinggi dan langsung menembak.

12-20.

"Yess!!" Sabrina mengepalkan tangan.

Adinda tahu diri  setiap dia bisa merampas bola mengoper ke teman-temannya, kali ini Mutia Dewi menyumbangkan angka berturut-turut lalu Sabrina.  16-20.

Andarina, Kapten tim lawan agak terkejut karena hanya dalam berapa menit SMA Cihampelas mendapat angka dalam waktu cepat.

Cindy bisa menambah angka jadi 22. Namun Adinda mendapatkan three point dari jarak garis tengah juga 19-22 hingga quarter kedua berakhir.

"Imposibble! sudah saya duga kembaran juga begitu, entah mengapa mereka menyembunyikan bakat mereka," bisik Pak Prasetya pada Bu Mia.

Pada kuarter ketiga, Adinda menahan diri lagi menjadikan Maya, Karina dan Sabrina masing-masing mendapat dua angka dengan operan akurat dan dia sendiri menyumbangkan three poin ketiga.

Sementara lawan masih mendapat tujuh angka. 28-29.  Barulah Cindy dan Andarina sadar bahwa muka baru ini tidak bisa dianggap remeh.

Sabrina memperoleh empat  angka lagi dari penanti dan lay up dan lawannya dua angka.

34-31.  SMA Cihampelas melewati SMAN Padjadjaran di kuarter ketiga.

Tidak ada pergantian pemain. Adinda makin bertenaga dan terpancing untuk dribbling cepat dan dia sendiri lay up yang mustahil dilakukan pemain dengan tinggi seperti dia jarinya dekat ring.

Seluruh penonton terpukau.  Namun Adinda membuat Sabrina menambah dua angka lagi. Hingga dia tetap peroleh poin terbanyak.

41-34, karena Ghea memberikan three point bagi anak-anak SMAN Padjadjaran. Dia mempelajari cara Adinda meraih angka dengan tembakan jauh.

Maya dan Sabrina menambah  masing-masing dua angka bagi timnya dan lawan enam angka.  45-40, di kuarter ketiga.

Jadi Sabrina menyumbang 16 angka dan dia sebelas. Tapi Sabrina adalah pemain profesional, dia ikut sebuah klub di Kota Bandung dan sadar bahwa kalau mau Adinda bisa lebih dari itu.

 "Teteh, jangan karena nggak enakan dengan saya," katanya merendah. Apalagi dia kelas II."Please Teteh!"

Adinda akhirnya mengangguk.

Pada kuarter keempat dia mendapatkan three point ke empat dan satu slum dunk yang memuat penoton tercengang.  Sementara Sabrina menambah dua angka dan Zizi pemain pengganti dua angka.

Dia membuat  Karina menambah dua angka dan dia sendiri menutup dengan three point ke lima.

Lawannya total 10 angka.  SMAN Cihampelas menang 57-50.

Peta di grup berubah, SMAN Cihampelas menang dua kalah dan kalah satu kali menjadi seimbang dengan SMAN Padjadjaran, sama-sama lolos.

Andarina tidak tahu harus berbuat apa, tetapi dia mengikuti Ghea menyalami Sabrina sebagai kapten tim.

"Dapat dari mana pemain itu? Dia layak masuk seleksi tim Jawa Barat dan kamu tahu dia belum mengeluarkan semua kemampuannya," ucap Andarina tak percaya. "Mustahil dengan tinggi  sekitar 158 cm seperti dia melakukan  slum dunk."

Adinda diangkat teman-teman setimnya termasuk oleh Sabrina diarak keliling lapangan.

Kemudian Roby Fuzy dan temannya meninggalkan Barata, yang ditinggal dua temannya.

"Kami bukan melindungi dia, tetapi melindungi kamu dari dia!" kata Roby tertawa.

"Ntar kamu nangis ditabok dia, mau dislum dunk?"ejek seorang geng motor.

Barata pucat. Apalagi Adinda melihat dia tersenyum dan jarinya mengundang untuk masuk ke lapangan. "Katanya mau megang paha saya," dia berbisik, tetapi suaranya dikirimkan Hiyang ke telinganya. Bagaimana dia tahu niat cabulnya. 

Adinda tidak peduli, karena dia yakin Barata tidak akan berani. 

 Yang pasti nilai 9 lagi dari olahraga milik dia, mebambah koleksi nilai sembilannya. 

Irvan Sjafari 

Sumber Ilustrasi Foto:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun