"Siapa yang melempar batu ini, Aa?" tanya lembut dan agak genit. "Adinda kagum deh tenaganya kuat sekali."
Yang berambut gondrong itu tertawa dan mengacungkan jari. "Saya Neng, mau pacaran sama Aa!"
Mereka atau pun kawan-kawannya di sekolah itu dan para guru tidak melihat bahwa di samping Adinda ada raksasa hijau setinggi tiga meter menjaganya.
Adinda mengangguk. "Boleh, asal kamu nggak pingsan kena lemparan aku!"Â
Kemudian Adinda melempar batu itu ke atas dengan parabola.
Hiyang yang tak terlihat meloncat dan melakukan gerakan smash ke arah pemuda berambut gondrong itu, batu itu tepat kena jidatnya dengan keras dan dia roboh.
Adinda berbalik dan melenggang ke kelasnya tanpa banyak bicara.Â
Teman-teman si Gondrong mulanya terheran, tetapi kemudian beringas dan melempar batu-batu itu ke arah Adinda.
Tetapi Hiyang melindunginya dengan membuat perisai anti materi tak terlihat hingga batu-batu berjatuhan satu meter dari pagar tanpa satu pun mengenai Adinda.
Guru-guru dan teman-teman sekolahnya terperangah. Tidak percaya, mustahil batu itu jatuh begitu saja merata.
"Kalian pulang atau mau saya kembalikan batu-batu ini ke pelemparnya seperti panglima kalian itu!" Â Adinda bersuara keras. Teman-temannya terkejut cewek pendiam bisa menyeramkan.