Pada akhir Januari 1953 Presiden Sukarno mengunjungi Banjarmasin, Negara, Barabai, Kandangan, Martapura dan Amuntai. Â Banyak keributan ditimbulkan oleh ucapan Sukarno mengenai masalah agama dan dasar ideologi negara.
Sejumlah orang menentang sikap Sukarno terhadap pebabab Islam dan penyebaran Marhaenismenya. Â Sukarno mengatakan, jika Indonesia negara Islam banyakadaerah yang mayoritas penduduknya bukan Islam memisahkan diri.Â
Mereka ganti bertanya, "Harap jelaskan: negara nasional atau negara Islam? Bung Karno apa arti Marhaenisme?"
Setelah kunjungan Sukarno, lima rumah dalam sebuah desa dibakar yang seluruh penduduknya melihat Sukarno. Â Malam hari rumah tersisa dibakar tentara Republik karena mereka mendukung KRyT.
Hassan BasryÂ
Namun keberadaan Hassan Basry di pihak Republik tampaknya menjadi faktor gerakan Ibnu Hadjar tidak sebesar gerakan Darul Islam di Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh.
Kedua tokoh ini berpisah jalan. Â Hassan Basry diangkat sebagai Panglima Kowanda, sebelum disekolahkan ke Mesir.
Sementara Ibnu Hadjar tidak diterima di tentara karena tidak bisa  menulis dan membaca huruf latin. Ia hanya pandai menulis dan membaca aksara Arab Melayu.
Ia dikirim ke Jawa untuk disekolahkan dengan beberapa  pejuang lainnya. Namun sekolahnya sudah tutup. Ia merasa dibohongi belaka.  Ia kembali ke Kalimantan Selatan melalui Kalimantan Timur.
Ibnu Hadjar tak mengira harus berhadapan dengan Hassan Basry yang dibelanya ketika bersama-sama dalam ALRI Divisi IV.
Ibnu Hadjar Bergabung dengan Kartosuwiryo