ALRI Divisi IV tumbuh menjadi suatu tentara modern yang lengkap persenjataannya. ALRI divisi IV membuat sulit Belanda dan koloborator Indonesia. Â Belanda mungkin melakukan perjlanan ke ppedalaman dengan pengawalan bersenjata, di Banjarmasin sendiri mereka harus waspada terhadap serangan geriliyawan sewaktu-waktu.
ALRI Divisi IV tidak suka rakyat pergi ke pemerintahan Belanda untuk minta surat izin atau minta bantuan lain kecuali hal-hal mutlak perlu. Â Mereka berani menyerukan pemogokan pegawai pada 30 Agustus 1949 dan tidak takut pada ancaman Belanda gaji tidak akan dibayar.
Hanya berapa kantor pos, rumah sakit dan sekolah dibuka karena pendidikan penting ALRI Divisi IV mengecualikan guru. Â Semua kantor pemerintah lainnya tutup sementara di bank-bank dan perusahaan dagang hanya orang Eropa dan Tionghoa saja muncul. Â Baru setelah perundingan, pertengahan Oktober 1949 pemogokan berakhir setelah perundingan Belanda dengan ALRI Divisi Iv.
Masalah baru muncul, ketika ada kebihakan reorganisasi tentara. Pada 27 Oktober para pejabat publik dari Jawa mengadakan pemeriksaan keseharan geriliyawan ALRI di bawah pengawasan Dr Suharsini. Â Siapa yang fisiknya tetap kuat untuk terus ke dalam Tentara Republik dan siapa yang harus didemobilisasi. Â Diberhentikan dengan hormat.
Prajurit biasa dan perwira harus tunduk pada norma-norma dari pejabat dari Jawa. Para prajurit tetap dari Jawa memandang rendah rekannya dari Kalimantan karena terbentuk awal revolusi. Pembentukan Divisi Lambung Mangkurat pada 10 November inilah menjadikan suasana menjadi tidak baik-baik.
Ternyata sebagian besar petinggi militer yang datang ke Kalimantan Selatan adalah bekas Tentara KNIL (Koninklijke Nederlands-Indisch Leger).
Sebagian besar pasukan KNIL dari Jawa dalam masa revolusi fisik adalah musuh  gerilyawan ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan.
Saat dalam tes kesehatan jasmani dan tes  baca tulis, justru musuh mereka dahulu yang menjadi penentu  kelulusan tes. Bahkan sebagian besar bekas KNIL itu menjadi komandan  mereka.
Kesannya, geriliyawan ALRI Divisi IV dipandang sebelah mata. Seakan perjuangan mereka sangat tidak berarti. Awalnya, kira-kira 16.000 gerilyawan masuk tentara, setelah ujian kesehatan dan pendidikan, Maret 1950 Â yang lolos hanya 6.000.
Dalam Divisi Lambung Mangkurat  sejumlah prajurit dan perwira  melakukan pembangkangan.  Pada 14 Januari Letan H Damanhuri ditangkap dengan tuduhan memerasan barang dan uang guna membangun tentaranya.Â
Sementara Ahmad Zakaria bekas  komandan ALRI Divisi IV ditangkap karena menghasut terhadap RIS dan mengajak bekas geriliyawan memberontak.