"Kalian tidak menduga ya, perempuan yang menyapu itu yang menembak?"
"Iya, nggak lah dia bekerja untuk istri Meneer Hans yang punya rumah dan maha galak. Meneer Hans itu punya koneksi di militer. Mas, Mas.  Sersan kami ingin membawa  dia  langsung diusir, karena menganggu pekerja lepas yang rajin itu.  Ada komandannya lagi!" Jelas Gunadi pasrah. "Malah kami dibilang Godverdome, bisa-bisanya geriliyawan masuk kota! Petugas jaga itu, ya Sersan itu!"
Kemala lalu menghampiri Gunadi yang kakinya sudah gemetar karena sangkur tertancap di pahanya. Lalu dengan perlahan Kemala mencabutnya, Gunadi berteriak dia melap darah di sangkurnya dengan celana Gunadi. Â Lalu menyimpan kembali di tas kecilnya.
"Maaf, ya Anjing KNIL," ucapnya dia.
Dia kemudian mengambil alkohol dan menyiram ke luka Gunadi. Â Tentara KNIL berteriak nyaring. Â Kemala kemudian mengeluarkan perban dan membalut lukanya.
"Karena kamu sudah mau bercerita, aku mau baik sedikit sama kamu. Sebagai petugas palang merah kan harus menolong tanpa membeda-bedakan," tuturnya sambil melantunkan  tembang.
Malam makin larut.  Kemala kemudian  keluar. Dia yakin tak seorang pun dari kami akan lari. Kemudian datang anak laki-laki kira-kira berusia lima tahun dengan malu-malu memasuki ruangan.
"Bantuin ibu masakin air, buat wedang jahe buat Ibu, kamu dan  paman-paman ini. Tidak sopan mereka kedinginan! "
"Itu Londo kan Ibu? Musuh kita! Yang itu siapa?"
"Pengagum Ibu. Tetapi Ibu lagi marahan sama paman ini?"