Dia menyambutku di rumah makan Cairo. Â Di sana sudah menunggu seorang Jepang, namanya Letnan Sato. Â Rupanya dia ikut mengajarkan Kemala menembak dan menggunakan sangkur. Â Bahkan menggunakan katana, karena kagum pada semangatnya dan simpati pada perjuangan kemerdekaan.
Hanya saja dia heran. Ketika dinyatakan lulus menembak. Kemala hanya minta tujuh peluru. Katanya dia ingin bunuh tujuh londo, putih maupun ireng.
"Wah, pantas tangkas. Anda percaya, Kemala bisa menembak orang?"
"Percaya, Kemala itu anak cerdas, tangkas, disiplin dan pandu yang bagus. Tetapi kalau tentara yang sampai bisa diburu satu demi satu seperti cerita kalian, pasukan Belanda yang mana? "
"Mengapa Pak Sato?" tanya saya.
"Bisa-bisanya ada yang mati di rumah bordil, disetrum di kolam renang, ditembak di toko makan es krim. Luar biasa!" puji Sato bangga. "Benar-benar murid aku!"
"KNIL. Entah dari brigade mana  yang diburunya.  Apa Letnan punya komentar?"
"Hanya satu kata: Bagero! Pasti bukan didikan Nippon!"
Kami semua tertawa sambil menikmati martabak Mesir dan sate kambing.
"Pantas saja ketika Nippon datang, tentara KNIL dan Londo-londo putihnya terbirit-birit."
"Mereka hanya berani melawan pribumi yang senjatanya di bawah mereka. Coba kalau setara senjatanya?" tutur Sato.