Kami tergelak.
Gunadi mendengar dengan seksama,  mukanya merah padam.  Jalannya ketika  diajak Harjum ke rumah makan ini agak pincang dan harus dibantu pakai tongkat. Kini dia bekerja di Poliklinik Muhammadyah di Jalan Kawi untuk menebus dosa-dosanya, katanya. Â
Sayang hari itu saya tidak menemukan Kemala. Tetapi saya yakin bertemu dia suatu saat. Besok saya bertolak ke Jakarta, kemudian bertugas ke Bandung untuk menjadi wartawan di sana.Â
Malam itu saya naik kereta api. Harjum baru saja mengantar saya di dalam gerbong. Â Ketika kereta berangkat saya melihat Kemala dan anaknya melambaikan tangan.Â
Saya tiba-tiba ingat bahwa  cublak-cublek suweng, dolanan bocah itu hitungan saya harusnya berakhir ke Gunadi, tetapi dijatuhkan ke saya.  Maksudnya, biar saya yang  dibawa keluar. Kemala tidak akan menembak pengecut.  Dia hanya ingin laki-laki menyesali hidupnya.  Tak perlu mati.
Sampai jumpa, saya mencoba menebak apa yang diucapkan dari bibirnya. Â Tetapi siapa kira-kira korban ketujuhnya? Vickers dan satu peluru masih disimpan dia.
Irvan SjafariÂ
Konsep cerita  dibuat 2009-2010, diperbaiki 2015,  diselesaikan 26 Oktober 2022.  Judul asli: "Mati Kamu Londo!" Untuk Kumpulan cerita "Merah-Putih/Kisah Dua Kota"
Sumber Foto:
https://phoenixinvestmentarms.com/History%20Book/7173Vickers.htm