"Kamis 14 April, dua hari setelah seorang inspektur ditembak mati entah oleh siapa. Joyo sudah aku ingatkan untuk tidak sendirian. Tapi dia percaya, karena di luar ada penjaganya. Apalagi itu Jalan Kajutangan, jalan utama. Dia minum es krim di hari pukul dua siang, jam sepi."
"Nah, betul itu. Tantangan buat aku. Laku ajak ini Lanang ikut makan es krim. Tadinya mau digeledah tetapi Om Hans marah karena dia juga punya anak seusia Lanangku ini, dan anaknya suka sama anakku.  Penjaganya dibilang  Godverdome!  Malah aku dikasih uang untuk beli es krim buat anakku ini."
"Lalu bagaimana kamu bisa menembak tanpa ketahuan penjaga dan pelayan?"
"Aku tahu bahwa ada orang Republik sudah masuk dalam kota sasarannya pejabat Belanda. Itu aku ceritakan, aku bilang infonya dari warung. Ya, pejabatnya yang dikawal si Raden tidak."
"Kamu kaish info sama Belanda?"
"Iya, nggak lah, tidak kasih tahu di mananya.  Pasukan banyak  di Hotel Palace, dan aku tahu sasarannya Sersan Roel yang jaga  di depan Oen.  Tentara Republik itu dendam sekali pada Roel yang membunuh bapaknya.  Jadi kerja sama saling menguntungkan."
"Jadi begitu Roel ditembak, kamu tembak kepala si Raden?"
"Yuup, persis setelah dia meneguk es krim kedua. Lalu aku bawa Didik keluar lari. Tentara Republik masuk ke dalam mengeluarkan kami. Â Lalu aku dan Didik disuruh lari dan tentara Republik itu baku tembak sama KNIL yang datang."
"Jadi Lanangmu itu sempat makan es krim?"
"Enak paman...aku suka  rasa stroberi!"
"Paman Ikhsan, Panggil dia Paman Ikhsan," kata Kemala.