Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali: Prahara di Nusantara (15-Tamat)

8 Mei 2022   15:35 Diperbarui: 8 Mei 2022   15:39 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

O

Lima  Belas : Epilog Satu

Tanjung Jakarta, 21 Juni 2445, hampir dua bulan kami berada di Kuantum XX.  Beli Made menggunakan kesempatan ini mengisi baterai dan membawa cadangannya.  Biji yang disebut Ultra Orange ini bahan bakar yang lebih bagus dari baterai matahari yang dipadatkan, kami gunakan untuk satu mesin sebagai cadangan. Tentu saja harus ada modofikasi pesawat. Kami juga membawa cadangan oksigen, air minum dan air bersih  yang lebih banyak karena Farid ikut kami.  Dewan Nusantara menyetujui permintaan adopsi dari Zia.

Entah petualangan kami berikutnya.  Selama menunggu pesawat disiapkan Kak Raya, Kak Robin, Kak Made, Kak Bagus dan aku bergantian mengisi Klab Perwira Udara Nusantara untuk  tempur angkasa maupun hanya di planet.  Serangan Alien di timur Kejora cukup membuktikan bahwa manusia tidak sendirian sebagai makhluk sosial di jagat raya ini dan tidak semua bersahabat. Pihak Nusanara juga dapat laporan alien itu menghancurkan pangkalan VGC di utara Nusantara dan menawan ratusan manusia.

"Kanaya, ikut ke  Balai Kota, Gubernur Benyamin Hamid  mengundang kita ikut acara resepsi penobatan Abang None Tanjung Jakarta," terdengar suara Yura.

Kanaya menutup tabletnya. Lalu dia bergegas berpakaian.

"Temannya Kak Raya, Kak Cynthia Hadju akan bernyanyi trio dengan Kak Nola dan Kak Widy. Mereka sudah berlatih keras jadi penyanyi dadakan!" kata Yura. "Kak Endah juga mau menyanyi."

Mereka menuju Gedung  Tanjung Jakarta Covention Hall. Di sana sudah menunggu seluruh teman-temannya termasuk Bi Eti.

Cynthia Hadju, Nola Rahmawati dan Widi Handayani  sudah bersiap di panggung.  Mereka melantunkan lagu.

Sajojo, sajojo/Yumanampo misa papa/ Samuna muna muna keke/Samuna muna muna keke/ Kuserai, kusaserai rai rai rai rai/Kuserai, kusaserai rai rai rai rai

Sono hadir bersama putrinya Aurora hadir di sebelah Raya sampai terpukau. "Saya baru tahu Widi bisa menyanyi dan bagus sekali, berpadu dengan Cynthia dan Nola," pujinya.

"Mengapa lagu itu dipilih yang pertama? Itu lagu dari nenek moyang kita dulu di Bumi, tepatnya dari Papua," kata Raya.

"Katanya mengingatkan petualangannya, " jawab Sono.

Sementara Kanaya, Yura, Maurizia dan Farid duduk sederet  dengan Kunihiro dan Sari Okano serta tamu undangan lain.  Trio itu menyanyikan sejumlah lagu dari berbagai daerah Indonesia di Bumi, secara medley, hampir enam lagu. 

Sementara Purbaendah tak mau kalah menyanyikan lagu "Manuk Dadali" dan "Nenek Moyangku Seorang Pelaut" yang disambut gegap gempita para perwira.

Maudy Sumilar dan Erwien Kusuma hanya menjadi runner up, tetapi mereka mendapat sambutan paling meriah dari kalangan anak muda. Cerita mereka di Kejora dengan cepat jadi viral.

Sehabis pertunjukan tiga belas awak Manuk Dadali makan bersama di udara terbuka menikmati sate ayam dan sop kambing di kawasan yang disebut Pusat Kuliner Nusantara.

Malam ini mereka menginap  di pinggir kota dan paginya memasuki pesawat. Bersiap Petualangan Berikutnya.  Mereka mendapat penumpang baru, yaitu Farid dan August.

Epilog Dua

Di Suatu Planet,  Van De Bosch, Raden Mas Slamet, Mark dan Jansen tinggal di sebuah rumah dengan empat perempuan muda. Makanan mereka cukup. Mereka dikasih ikan QQ yang berlahan menggusur ingatan mereka tentang asal usul. Yang mereka tahu makan dan seks. Rambut mereka tumbuh lebat dan kulit mereka bagus.

Makhluk itu rajin merawat mereka, menggunting rambut kalau kepanjangan, membersihkan badan mereka biar berbau harum.

Mereka tak ingat berapa lama mereka berada dalam rumah dengan dominasi kaca bening transparan dengan tanaman hijau serta sirkulasi udara bagus, tergantung di udara dengan kekuatan magnetik.  

Tanpa mereka sadari seluruh aktivitas  dalam kurungan transparan bisa ditonton makhluk-makhluk itu di luar, seperti halnya manusia menononton hewan di kebun binatang.

Setiap waktu tertentu, Van De Bosch, Slamet, Mark dan Jansen menyanyi dengan suara emas mereka. Mereka hanya bisa  menyanyikan beberapa lagu, yaitu  Sonja, Ajoen-ajoen, Geef  Mij Maar Nasi Goreng  namun sudah cukup  memukau penonton mahluk asing itu, mirip manusia ketika menonton perutnjukan burung perkutut.   

Sementara di kandang yang terbuka para makhluk asing bertangan banyak itu menyaksikan seorang perwira kumpeni  VGC diadu dengan serdadu kulit putih lainnya.  Keduanya mulanya memakai tangan kosong.

Yang satu berambut  pirang bernama Speelman dan yang lain berambut hitam bernama Fransico Pizzaro, keturunan Spanyol yang diculik dari Planet Genesis.  Nafsu saling membunuh keduanya sudah sampai ubun-ubun.

Mereka sudah banyak makan ikan QQ hingga ekstistensi sebagai manusia sudah punah, tak ubahnya binatang.  Ikan QQ membuat regenerasi tubuh cepat, hingga luka pun cepat sembuh. Para penonton bersorak, dan satu mahkluk yang ada di tengah menggunakan semacam tongkat untuk menggiring mereka terus berkelahi.

Akhirnya pada puncak pertarungan mahkluk itu memberikan masing-masing sebuah  pedang kepada Speelman dan pada Pizzaro.  Entah dari mana makhluk itu bisa mendapatkan pedang peninggalan abad 16-17, yang satu pernah digunakan VOC  ketika menyerang negeri-negeri di Nusantara dan satu oleh Spanyol ketika menyerang Suku Inka di Nusantara.

Dan keduanya sama-sama tewas tertusuk pedang bersamaan.  Para penonton bersorak girang.  Makhluk itu membawa dua mayat itu dari ke luar kandang dan membuangnya di suatu tempat, bertumpukan bersama bangkai mahkluk  yang kalah aduan lainnya.

Memang di kandang lain ada juga aduan mahluk spesies buas. Darah beraneka warna berhamburan.   

Masih di  dalam areal itu,  terdapat puluhan serdadu VGC menggarap tanah dengan cangkul dipaksa oleh dua mahluk yang bertubuh tinggi dan berlengan banyak itu dengan cambuknya berbentuk panjang dan berduri. 

Mereka dipaksa menanam bibit berwarna ungu pekat dan sebagian sudah tumbuh dan daun--daun runcing dengan buah berbentuk bintang ungu kemerahan. Makhluk itu menyantap salah satu buah dengan puas. Entah berapa lama mereka di sana. Tapi ikan QQ membuat mereka tetap muda, sekalipun mungkin sudah puluhan tahun.  

Berjarak ratusan meter dari kandang mereka ada kandang aneka spesies makhluk lain. Suaranya begitu ramai saling bersahutan, bercampur jeritan minta tolong, kesakitan.  Rupanya area yang begitu luas itu menjadi taman hiburan bagi penghuni planet entah di mana, terutama bagi anak-anak mereka. 

Epilog Tiga : Catatan Kanaya

30 Juni 2445----Kami bersiap Menuju Kuantum X, planet nenek moyang Yura sahabatku.  Kunihiro dan Sari Okano memberikan informasi yang mereka tahu tentang planet itu dan kami kembali harus menggunakan kecepatan cahaya untuk memotong waktu perjalanan.  

Awak kami bertambah tidak saja Farid, tetapi seorang bule yang tadinya musuh kami bernama August untuk diantar pulang ke Planet Genesis sesudah perjalanan ke Kuantum X. 

Kami membuktikan bahwa  lebih jauh bahwa kami bangsa yang  bukan saja penjelajah laut tetapi juga penjelajah angkasa. Dengan mengantarkan August, Kami ingin membutikan  bangsa yang cinta damai dan siap menolong bangsa mana pun.  Asalkan mereka tidak menginjak harkat dan martabat  kami sebagai bangsa Indonesia dan umat manusia.

Hiyang, demikian kami menyebut alien yang menjadi sekutu kami mengingatkan jangan serampangan singgah di planet asing. Hiyang menyebut ada ada beberapa kelompok alien yang berbahaya bagi manusia.  

Pertama, mereka sebut saja sebagai  Kolektor punya teknologi dan fisik yang di atas manusia. Mereka suka menaklukan spesies lain dan menjadikan koleksi mereka sebagai taklukan.  Mereka paling berbahaya, namun sejauh ini ada kesepkatan dengn Hiyang tidak akan mengambil manusia di koloni yang berada dalam pengawasan Hiyang, termasuk Bumi.  Setelah kedua bangsa alien itu berperang untuk berapa lama. 

Kedua, peternak. Alien yang berburu sejumlah spesies untuk dihisap darahnya. Namun yang paling favorot adalah manusia.  Mereka menangkap manusia, kemudian diternakan seperit manusia menternakan sapi perah untuk diambil susunya. Teknologinya masih di bawah manusia, tetapi mereka secara fisik lebih kuat dan gesit karena mampu terbang. Manusia menyebutnya sebagai vampir.  Hanya saja mereka kerap melakukan pelanggaran, bahkan di planet Hiyang sendiri di mana sejumlah manusia dilindungi di semacam suaka.  Berbahaya bagi manusia dalam kelompok kecil.

Ketiga, yang mungkin kami hadapi nanti di Kuantum X, yang disebut Transplantor. Alien yang gemar melakukan eksprimen terhadap makhluk lain untuk dibuat makhluk jejadian. Otak manusia dipindahkan ke tubuh mahluk lain atau sebaliknya.  Atau mereka memasukan sesuatu ke dalam tubuh mahluk lain untuk eksperimen persis seperti manusia melakukan percobaan pada tikus, kera atau kelinci.      

Kini  kami siap  menempuh perjalanan baru, menemukan peradapan baru diaspora manusia sesudah malapetaka di Bumi, bahkan mungkin juga mahkhluk lain. Saya Kanaya dan ini catatan saya. (Tamat  Episode Parahara di Nusantara) 

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun