"Tenang, kalian tidak akan ditembak kok seperti teman-teman kalian, terlalu enak!" kata Purbaendah sambil meloncat.
Frank dan Suria kemudian merasa tubuh mereka sudah dihinggapi masing-masing enam hingga delapan Kymoor di kaki, perut dan dada. Tapi mereka tidak merasa nyeri seperti Buyskes.
"Nggak sakit manusia. Kalian dikasih obat dari siren yang membuat tidak kenal rasa sakit. Bahkan ketika Kymoor sudah menggali tubuh kalian sedalam-dalamnya dan meletakan anak-anak mereka."
Suara Hiyang terdengar mengerikan. Lalu menghilang. Dengan rasa ketakutan, Frank dan Suria berdiri dan berjalan. Benar, tapi mereka tidak bisa mencabut kymoor yang di dalam tubuh mereka.
Yang terjadi mereka sangat lapar dan mengambil buah yang ada di pulau itu yang membuat kenyang dan menyantap daging ikan bakar yang ditinggalkan awak Nusantara.
Seperti hidangan terakhir untuk tawanan yang dieksekusi. Karena baru disantap kedua yakin tidak diracun. Benar, mereka pun menyantap minuman yang disediakan. Â Masing-masing menyantap dua ekor ikan bakar besar dengan tandas karena begitu laparnya.
Lalu keduanya mengelllingi pulau mencari cara menghubungi Evertsen. Â Mereka merasa beruntung alat komunikasi virtual milik mereka ditinggal. Â Tanpa curiga Frank menghubungi Raymond dan melaporkan kejadian.
"Suria, apakah di tubuh kalian ada mahluk itu?" Mujitaba menyela. Raymond memberikan alat komunikasi virtualnya.
"Enam di saya dan delapan di tubuh meneer Frank," ucap dia ketakutan.
 "Kami akan balas kepada kapal selam itu!" Raymond geram. Hubungan terputus. Dia tidak menyadari bahwa Manuk Dadali dan Pari Selam milik Nusantara melacak jejak Evertsen.
Matahari terbenam. Â Frank dan Suria pun tertidur di pasir yang empuk. Paginya Kymoor yang tadi menempel tidak ada lagi hanya meninggalkan enam bekas dengan daging berlubang yang sudah menghitam dan pinggirannya rasanya gatal. Â Pagi itu mereka makan buah dan minum lebih lahap