Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali (11, Siren Berani Lawan Kumpeni)

6 Mei 2022   21:41 Diperbarui: 6 Mei 2022   21:43 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Irvan Sjafari

"Semoga hasilnya setimpal Meneer Van De Bosch!" Overste Vermeulen makin gusar.  Selama dua hari saja lebih dari seratus serdadunya mati untuk memuaskan tuan-tuan Companige.

Sementara di Evertsen, Buyskes mengerang. Kymoor makin dalam menggali. Akhirnya cangkang itu pecah oleh laser pembelah.  Lalu pelan-pelan mahluk yang mati itu diangkat dari punggung kanan Vaandrig Buyskes yang nyaris pingsan. Dokter  terpaksa membuka rompi dan menyobek baju yang melindungi punggung. Tampak daging merah terkelupas dengan garis tengah 15 sentimeter. 

Dokter menutup luka itu dengan terapi laser membuat daging mati itu tertutup, tetapi punggung Buyskes sudah berlubang sedalam satu sentimeter dan rasanya sakit sekali. Kemudian ditutup perban khusus dan Buyskes diberi obat penghilang rasa nyeri.

Mujitaba menyaksikan itu dengan bergidik. "Saya dengar mahluk itu menggali daging bukan untuk hanya untuk makan Meneer!"

"Sudah mati, kan?"

Sono khawatir keselamatan Raya akhirnya memberikan peta ke  Pulau Beetree sekaligus Pulau Farid. Dengan demikian Farid tidak akan diburu lagi.   Van De Bosch, Adolf dan Mas Slamet puas.    

"Senapan high voltase mu?" bisik Sono.

"Jatuh tadi waktu menolong seorang remaja. Tapi senjata itu dilarikan remaja itu ke bawah!"

"Hiyang di sini juga?"

"Mengawasi kita, tapi aturannya dia tidak boleh ikut campur membunuh manusia untuk membebaskan kita. Dia tidak kasat mata saat ini."

Kali ini keduanya dikurung di sebuah gudang.  Evertsen melaju cepat ke arah timur melintasi perbatasan Nusantara, wilayah yang terlarang bagi manusia koloni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun