"Siren itu mahluk yang kejam!" geram Raymond setelah memberi hormat pada Vaandrig Buyskes.
"Kirim kapal kecil kita ke gugus karang itu. Hancurkan kerajaan mereka yang di dalam air! Godverdomme! Itu Kaum Siren harus tanggung akibatnya berani melawan Kumpeni!" Raymond melontarkan sumpah serapah.
                                                          ****Â
Overste Vermeulen pun mengirim Letnan Frank de Beek dan enam serdadu berikut enam robot dengan kapal selam kecil kembali ke gugusan karang. Mujitaba sebetulnya tahu lokasi itu namun itu dari cerita anak buah yang lolos akhirnya memetakan kira-kira.
Mujitaba cukup gentar. Dia memerintahkan tangan kanannya bernama Suria Santoso menemani Frank de Beek menuju lokasi Siren.
Beberapa jam kemudian mereka tiba di pinggir ibu kota dan Frank de Beek yang begitu dendam menembakan protonnya. Â Timbul kedakan hebat berapa bangunan hancur. Para siren berlarian dan sebagian melayang tewas. Proton kedua pun melayang menghancurkan beberapa bangunan lagi.
Frank de Beek kemudian memerintahkan menembakan proton ketiga dan tidak menyadari bahwa dari udara Manuk Dadali sudah melepaskan tembakan melesat ke dalam air dan mengenai ekor kapal selam.
Dia terperanjat padahal baru dua detik bersorak melihat kehancuran ketiga dan dia melihat proton dari kapal selam Nusantara berbentuk Pari menghantam badan kapal selam kecil itu. Frank dan Suria pingsan.
Frank dan Suria Santoso baru sadar menemukan diri mereka di atas hamparan pasir. Namun masih ada airnya. Ratu Siren berdiri menatap mereka dengan penuh amarah. Â Hiyang memperterjemahkan kemarahan itu.
"Kalian telah membunuh banyak warga dan anak-anak siren. Kalian mendapatkan hukuman setimpal,"
Kemudian Siren berloncatan ke laut, begitu juga Zia, Kanaya dan Yura serta Purbaendah dan Bagus bersama Subarja yang datang bersama Manuk Dadali.