Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali (8, Rayuan Maut Siren)

5 Mei 2022   22:52 Diperbarui: 5 Mei 2022   22:54 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yu Sanca jumlahnya ratusan mendekati mereka. Tumegung Endranata, Hinne dan dua serdadu NKC menembak mahluk yang bergerak cepat itu. Iya, dua atau tiga yusanca tertembak mati, mayatnya mengapung. Tapi satu lagi menyergap Tumegung Endranata dan mencabiknya. Begitu juga serdadu lainnya dikeroyok.

Hanya Kapten Hinne dan seorang serdadu tersisa dibelit dan dilarikan dengan cepat. Hinne dan serdadu itu megap-megap. Entah berapa lama, mereka sudah lemas dan tiba di sebuah gugus karang.

"Di mana? Kita di mana?"

Yu Sanca  berenang mengitari mereka tapi tak menganggu. Mereka hanya mengeluarkan suara aneh.  Hinne dan serdadu itu bisa memijakan kaki, air cuma sebatas pinggang. Mereka bergerak cepat ke karang sekitar tiga ratus meter agar bisa keluar dari air.

Tapi kemudian ada sesuatu menahan kakinya. Dia menjerit. Sesuatu itu menggigit. Dia melihat Yu Sanca kecil melompat keluar menghindar pukulan senapannya. Tapi kakinya berdarah. Yu Sanca itu ukurannya hanya 30 cm.  

Hinne melihat ada lagi yuyu sanca kecil meluncur dan dia menembaknya, kena dan mati. Begitu juga serdadunya membunuh satu yu sanca kecil. Namun yang datang jumlah ratusan. Mereka masih bisa membunuh dua lagi. Tapi tidak menakutkan yu sanca itu.

Hinne kemudian sadar bahwa mereka di sarang yu sanca. Rupanya Yu Sanca dewasa memberi makan anak-anaknya.  Ratusan ekor anak-anak yuyu sanca bersorak menghampiri mereka.

Mahluk buas kecil itu menyantap daging Hinne dan anak buahnya sepotong demi sepotong, tidak sebesar seperti dewasa.  Dalam sekejap perairan itu jadi merah darah.

"Mijn God!" teriak Hinne,  kecang sebelum ditarik puluhan yu sanca kecil dengan masing-masing menggigit sambil melirik prajuritnya sudah dicabik-cabik dengan rakus oleh  puluhan yu sanca kecil.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun