"Wah, sampeyan ternyata kenal mereka!" ledek Kapten Daud.
Teguh tidak menjawab, hanya menekankan jempol ke bawah. "Kowe, semua akan dibawa ke Planet Orange bersama aku. Hanya aku jadi Raden dan kalian jadi budakku!" ketusnya.
Entah berapa lama di udara. Tetapi kemudian pesawat turun permukaan geladak kapal sambil tetap terbang secara vertikal. Pintu belakang terbuka melandai. Para tawanan digiring ke luar. Tepat di atas  geladak sebuah kapal tempur Evertsen yang berukuran lebih besar dari Kapal Macan Tutul.  Di geladak tampak berdiri Van De Bosch, Adolf, Raden Mas Slamet, Raya kian geram.
Raya mulai khawatir karena banyak remaja yang diangkut, sekalipun Hyang menenangkan. Robin juga karena mereka ada di laut lepas. Justru Sono tampak gembira, dia memberi isyarat pada Aurora. Anak itu  menangkap isyaratnya. Aurora tersenyum, walau tangannya  terikat pada  Kapten Hinne dan juga oleh Tumegung Endranata.
Sementara dua serdadu VKC Â menyeret dua orang remaja perempuan. Mereka tergiur.
Raya ingin mencegah, tapi Sono menahan. Juga suara Hyang. "Pertunjukan dimulai.." bisiknya.
Aurora bersiul aneh suaranya tajam, membuat orang-orang VGC terperangah. Â Lalu hening. Â Tak lama kemudian ada balasan siulan.
"Siren!" Raya bergumam.
T3 dan N154 muncul dari bawah pesawat, rupanya mereka menempel seperti magnet  dan melompat menubruk seorang serdadu hingga menembak sebuah robot hingga hancur.
"Godverdomme!" teriak Overste Vermeulen.
N154 segera hancur oleh tembakan robot dari kapal  lainnya dan serdadu. Tapi Aurora menggunakan kesempatan itu untuk terjun ke laut dan berenang dengan cepat menyeret Kapten Hinne bersama dua serdadu  dan Tumegung Endranata  yang terikat bersamanya di laut.  Ikut terseret dua remaja perempuan yang terikat oleh dua serdadu itu.Â