"Para siren bisa mengubah bentuknya sesuai perempuan yang dinginkan laki-laki tu. Mau jadi siapa saja bisa sesuai fantasinya. Mereka punya wangi memabukan dan meningkatkan berahi, memicut libido" ucap Sono santai.
"Kau juga punya anak dari mereka?"
Sono mengangguk. Â "Harusnya aku nggak dilepas, tetapi yang aku kawini kebetulan Ratu Siren. Pandai-pandailah bernegosiasi. Sudah banyak yang dilepas kok. Namun hanya beberapa mau kembali ke peradaban dengan pura-pura tidak tahu. Sebagian lagi menjadi petualang.Â
Para siren ini suka kawin antar spesies, karena jantan mereka hanya satu-satu. Â Mereka butuh untuk bisa punya anak. Manusia yang paling tepat. Mereka tahu bahwa mereka perlu evolusi. Keturunanmanusia dan siren bisa hidup di dua alam. Â Oh, ya anak-anak manusia dengan Siren sudah banyak remaja. Â Mereka sudah ingin menjelajahi daratan planet ini."
"Itu kan melanggar etika kemanusian?" kecam Cynthia.
"Sejak Adam dan Hawa turun dari surga ke Bumi, etika mana yang tidak dilanggar manusia, kawan? Selalu ada kan? Bagi yang kawin dengan siren merasa kawin antar dua manusia berlainan jenis? Merasa dosa? Negeri itu ada penghulu juga kok! Kalau mau yang pakai pendeta juga boleh!  Kebetulan ada manusia yang berlindung di negeri siren ada yang tahu soal kitab suci, dari agama manapun. Bukankah sewaktu manusia ada di Bumi  banyak aturan yang diakali, kalau mau dibilang tidak melanggar secara formal."
"Bangsat kalian! Sudah melangar etika, pakai seremoni ritual!" seru Cynthia kencang, tetapi kemudian tertawa.
"Uuf, ada yang berfantasi dengan Anda ketika masih muda. Dia perlihatkan gambar Anda pada siren itu dan jadilah, ingat siren itu awet muda karena mengkonsumsi QQ dan buas berhubungan seks," celetuk Sono dengan santai.
Cynthia memerah."Siapa? Oh, ya, aku ingat, penggemar aku waktu kuliah. Penyair itu namanya Micky... ya, aku tolak mentah-mentah dulu!"
"Iya, betul itu Micky. Dia tinggal di sana."
Cynthia merengut. "Bagi Micky aku tetap Cynthia yang 20 tahunan ya? Padahal aslinya ibu dari dua anak."Â