Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali (2, Petaka Pulau Cendani)

2 Mei 2022   16:05 Diperbarui: 2 Mei 2022   16:12 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunihiro ditemani oleh duta lainnya bernama Sari Okano, sekitar 30 tahun. Ahli budaya dan seni. Dia blasteran Jepang Indonesia turun temurun. Akhirnya kami ngobrol sampai pukul 10 malam sambil menikmati ikan bakar.

Cynthia cerita tentang suaminya bernama Octa Saputra, bertugas di perkebunan karet di selatan Pulau Pelopor. Dia punya dua anak yang kini berusia 5 tahun dan 3 tahun. Mereka tinggal di Selatan Tanjung Jakarta, sebuah Blok yang disebut Mukim 48.

Catatanku tertanggal 23 April 2445, pagi hari. Tapi penanggalan Kuantum XX yang aku baca di surat kabar, hari ini tertanggal 18 Juni tahun 287. Lebih tua dari koloni di Titanium? Ketika aku tanya ke Kak Raya dia jawab, karena satu hari di Titanium itu 30 jam, jadi satu tahunnya sama dengan 450 hari Bumi dan agak sama dengan di Kuantum XX. Selain itu waktu relatif di Titanium.

Di Intersellar waktu menjadi anomali. Raya berusaha menselaraskannya. Dia juga tidak ingin melompat waktu terlalu jauh. Aku pun juga. Kali ini beruntung masih menemui orang-orang yang dikenalnya.

"Kak Kanaya, mau ikut kapal layar atau sepedaan di laut?" Yura menyadarkan sahabatnya, yang asyik menulis di tabletnya. 

"Sepedaan atuuh!. Ini kesempatan nyoba sepedaan di air," cetus Kanaya sambil mematikan tablet virtualnya dan meninggalkan surat kabar yang didapatnya di lobi. Surat kabar di meja balkon ini dilirik Bagus.

Bagus membaca surat kabar "Koridor  Nusantara" dengan takjub. "Masih sempat bikin cetak di zaman seperti ini?" celetuknya.

"Suratkabar itu kunaon?" tanya Purbaendah.

"Terbit seminggu sekali sejak koloni ini ada dua ratus tahun lalu. Kami punya sejenis kayu besar di sebuah pulau yang tentunya harus dikontrol," jawab Raya. "Seperti yang kau ceritakan soal surat kabar Inilah Preanger, berita kegiatan manusia dari satu koloni ke koloni lain. Kecuali soal siren dan penyelundup itu lebih heboh dari soal mahluk Bolo," terang Raya.

Lalu dia menoleh ke Purbaendah. "Kayak Kanaya menulis diary-nya, sesuai fakta bukan ngarang. Tulisan di media lebih banyak dan lebih selektif apa yang penting bagi orang banyak dan lebih akurat."

Kanaya merah mukanya. Rupanya Raya berapa kali mengintip dia menulis diarynya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun