"Ledakan keras? Apartemen runtuh? Los Angles dinuklir? Perang Dunia ke III pecah, awal kiamat? Sepertinya dalam cerita fiksi," Â ucap aku.
"Ada lagi Bang?" tanya Sundari.
"Nah, tadi aku barusan mengantar seorang anak muda bernama Ananda dari Dago, mau ke Kotabaru Parahyangan ke rumah calon mertuanya. Tetapi pas kami masuk tol, tahu-tahu keluarnya di Pasteur juga!"
"Ah, keumaha Bang! Kok bisa?" Sundari tersentak.
"Lalu?"
"Dia bilang harusnya kemarin tengah malam, dia bersama kedua orangtua dan rombongan keluarganya sudah ada di jalan tol. Tetapi ada yang menabrak kijang mereka dan tahu-tahu, dia ada di rumahnya di kawasan Dago seorang diri."
"Hujan lebat?"
"Iya, seperti kita, merata itu hujan lebat di sekitaran Bandung."
Aku ingin bicara, tetapi Sundari menahanku. "Aku tahu apa yang Akang pikirkan. Sama seperti aku. Tapi kita jurnalis, harus mengungkapkan fakta."
Anak ini makin pintar. Â Charles memasuki pom bensin. Â Ada seorang petugas di sana dengan senyuman menyambut kami. Charles memberikan uang Rp100 ribu dan petugas ini mengisi bensin hingga tangkinya penuh.
Lalu Charles kembali menjalankan mobilnya.