Puti menengok ke Sundari dengan wajah pucat. "Aku bangun tadi teteh, tapi ayah dan bundaku nggak ada di kamar, juga kakak!"
"Lah, kalian kan liburan ke Medan?"
Puti tak menjawab.
 "Ayo ikut kami dulu!" ajak aku.
Puti segera masuk. Â Di jalan dia menumpahkan tangisnya. "Kemarin aku masih di pesawat bersama Kak Robi, Ayah dan Bunda, lalu ada guncangan dan tahu-tahu aku bangun di kamar!"
"Persis seperti cerita istri saya! Jangan-jangan ada di pesawat yang sama!" sela Charles.
Puti memeluk Sundari, sepertinya mereka dekat. Baju dan celananya bersih seperti ada yang mengganti.
"Jadi siapa yang jadi hantu nih? Kita atau mereka?" tanya Sundari. "Kalau kita, artinya ini adalah negeri para hantu."
"Sudah tengah hari. Harusnya panas menyengat. Tetapi udara tetap sejuk seperti masih pagi. Jam satu siang, tetapi seperti jam sembilan," Â tutur aku.
"Maksudnya Kang, ada kekuatan supranatural  membersihkan Bandung  lihat begitu bersih. Nggak ada sampah di jalan.  Makan dan minum tinggal pilih. Orang tidur semaunya."
"Lihat ada beberapa orang yang baru pulang dari masjid. Tadi aku ke gereja hanya ada beberapa orang dan semua punya cerita aneh-aneh tentang sesuatu pada tengah malam. Ada yang harusnya ada di apartemennya di Los Angles. Katanya sih tengah malam. Â lalu ada ledakan keras, apartemennya terasaruntuh. Ada gelombang panas menerapa, tapi ada yang mengangkatnya dan dia tidak sadar diri dan bangun-bangun ada di Bandung. Dia memang warga Bandung! Namanya Andre." Charles bercerita, membuat kami makin tegang.