"Kampus masih ada?"
"Ada, tetapi kami nggak bisa ke Sumedang, jalan ke sana tahu-tahu balik lagi ke Jatinangor, ngeri nggak?" sahut yang lain.
"Bisa ditebak? Baju kalian kering?" ujar Sundari.
"Betul teteh, baju di kos kami utuh. Buku-buku juga."
"Teteh dan Abang tinggal di mana?"
"Hostel di Braga untuk backpacker," jawab aku,
Tiga pasang mahasiswa itu berpandangan. "Kami ikut! Kampus menakutkan tidak ada orang!"
Akhirnya kami semua berada di hostel jalan Braga. Â Seorang resepsionis menunggu. Seorang laki-laki tampaknya. Tidak bicara membuatkan slip dan memberikan kunci locker.
Kami semua memutuskan berada dalam satu ruangan besar yang isinya enam belas tempat tidur. Â Sekitar pukul enam. Tapi matahari belum turun.
"Resepsionis itu?" tanya salah seorang mahasiswa.
"Sama seperti pedagang buku itu, yang wajahnya nggak pernah kita lihat dan di cermin nggak ada."