Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bandung 1966, Ketika Mahasiswa Bergerak (1)

19 Oktober 2020   21:10 Diperbarui: 19 Oktober 2020   21:22 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah aksi demonstrasi-Foto: Historia.id/Tribunnenews.

Aksi mahasiswa Bandung ini kreatif, mungkin saja bisa dianggap kreatif. Misalnya saja,  mahasiswa-mahasiswa seni rupa ITB, seperti Riswanto Ramelan, T. Soetanto dan kawan-kawannya menciptakan kreasi-kreasi seperti patung besar Subandrio dengan kepala yang besar bertuliskan Dorna Peking.

Patung ini ikut dibawa ketika kelopok Bandung bersama mahasiswa KAMI Jakarta dan pelajar KAPPI menyerbu, merusak dan mengobrak-abrik ruang kerja Soebandrio di Departemen Luar Negeri. Patung ini lalu dicari-cari untuk disita oleh aparat Kodam Jaya, dan akhirnya 'terpaksa' dibakar sendiri oleh para mahasiswa dan pelajar setelah diarak, dalam suatu acara simbolik di kampus Salemba.

Pada hari-hari berikutnya, tak henti-hentinya terjadi konflik fisik antara mahasiswa KAMI dengan anggota-anggota Front Marhaenis Ali Surachman. Ini adalah buah dari pengerahan yang diciptakan oleh para pemimpin partai dan para pendukung Soekarno, terutama dengan pembentukan Barisan Soekarno yang diperhadapkan dengan mahasiswa KAMI dan para pelajar dari KAPPI. Selain menyerbu Departemen Luar Negeri pada tanggal 8 Maret, para mahasiswa juga melakukan penyerbuan ke Kantor Berita RRC Hsin Hua, namun gagal.

Pada 10 Maret, wakil-wakil partai politik dipanggil Presiden Soekarno ke Istana, dan disana partai-partai tersebut untuk kesekian kalinya menampilkan perilaku oportunis mereka di depan Soekarno, lalu mengikuti perintah Sukarno mengeluarkan pernyataan yang tidak membenarkan tindakan-tindakan yang dilakukan para mahasiswa dan para pelajar serta pemuda.

Sejarah kemudian mencatat ketegangan akhirnya selesai setelah adanya Surat Perintah 11 Maret 1966, di mana Soeharto mengantongi kuasa untuk mengatasi segala keributan tersebut. Berbekal surat perintah itu, Soeharto langsung membubarkan PKI. Pukul 06.00 WIB, RRI menyiarkan pengumuman pelarangan PKI beserta seluruh "underbouw'-nya.

Mayjen Kemal Idris  membangunkan beberapa mahasiswa yang tertidur di markas Kostrad."Kalian menang. PKI dibubarkan!" ucap Kemal yang disambut kegembiraan para mahasiswa.

Di jalan-jalan pun rakyat menyambut pembubaran PKI. Mereka bersorak-sorai menyambut parade militer yang digelar Soeharto. Saat itu rakyat dan mahasiswa merasa perjuangan mereka telah berhasil. Pukulan telak kedua bagi PKI selesai dilakukan, pukulan secara "de yure".

Karakteristik Gerakan Mahasiswa Bandung

Hal menarik dalam gerakan mahasiswa di Jakarta dan Bandung, untuk beberapa lama, soal Soekarno ini menjadi salah satu perbedaan strategi gerakan antara mahasiswa Bandung dengan Jakarta. Perbedaan ini berlangsung cukup lama. Dalam demonstrasi-demonstrasinya, mahasiswa Jakarta masih kerap meneriakkan yell-yell 'Hidup Bung Karno', 'Kami tetap mendukung Bung Karno' seraya meneriakkan hujatan-hujatan terhadap tokoh lainnya, seperti Soebandrio yang menjadi sasaran favorit.

Sementara itu, dalam gerakan-gerakan mahasiswa Bandung, sikap anti Soekarno sudah tampil sejak dini dalam kadar yang amat tinggi". Misalnya saja di Bandung bermunculan coretan yang ditujukan langsung kepada Soekarno, seperti tulisan "Sukarno, No" serta berbagai serangan lain yang menunjukkan bahwa mahasiswa tak lagi menginginkan Soekarno sebagai pemimpin negara.

Gedung MPRS, Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika Bandung diserbu dan dicoreti mahasiswa dengan tulisan "Gedung Komidi Stambul". Dalam nyanyian-nyanyiannya mahasiswa menyindir "MPRS.... Yes, yes, yes" yang menggambarkan betapa lembaga tertinggi 'perwakilan rakyat' itu berisi dengan orang-orang yang hanya bisa mengatakan "yes" kepada Sukarno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun