SEPULUH
Dua hari kemudian Purbabarang disidang oleh dewan istana.  Beberapa sesepuh mengusulkannya dibuang. Purbararang hanya menunduk, tidak bicara.  Tetapi Purbasari justru membela. Lagipula dia hamil. Akhirnya sesepuh mengampuni, dengan syarat  Purbararang tetap di istana tanpa kekuasaan, tetapi suaminya harus dihukum berat, karena melakukan pembunuhan keji.Â
Purbaendah juga harus dibawa untuk mempertanggungjawabkan keterlibatannya, sekalipun dia juga mendapat pengampunannya. Â Sidang memutuskan Purbararang untuk sementara tidak ke luar kamarnya atau keputrennnya dan dijaga ketat, hingga suaminya ditangkap.
Sidang kemudian dlianjutkan diikuti para pejabat istana dan orang-orang Titanium. Juga dibahas bagaimana strategi menaklukan sisa musuh di sana.
"Pertanyaannya, bagaimana membawa beliau-beliau itu ke mari? Bisa lebih seru kalau kita ke Kabandungan untuk menangkap mereka.  Ada kawan kita Bagus di situ, pasti bela kekasihnya, yang mungkin sudah jadi istrinya. Iya, kalau hanya Bagus, kalau dia bawa orang Titanium juga  dan di situ juga ada manusia dari koloni planet lain?" Samuel memberikan pandangannya.
Masa aku berhadapan dengan Bagus. Lagipula dia tidak bermaksud jahat, malah dia ikut berperan mempertemukanku dengan Purbasari?
"Aku ikut dalam ekspedisi. Kalau Bagus melihat akan menghindar pertumpahan darah!" sahutku.
"Aku ikut!" sambung Purbasari.
"Aku juga!" Ambu melihat kami dengan khawatir. "Bagus juga tahu aku!'
Teteh Ira dan Teteh Mayang juga. Mereka penasaran, karena diduga keturunan Sang Kuriang ada di sana.
Gigin kemudian berdiri, dia berkata,"Teliksandi bilang, Indrajaya dan Brutus juga menyiapkan pasukan di sana di salah satu bagian dari Kabandungan. Itu kota dengan bangunan sebagian besar hancur. Tetapi Purbaendah dan pengikutnya ada di bagian lain."