ENAM
Aku mendapatkan diriku di tempat tidur. Ira memberikan aku minum. Air mata aku meleleh. Pencarian kami berakhir seolah bermimpi buruk.
"Kang Andrian gugur. Mayatnya ditemukan  mengapung di danau.  Sedang diurus Kang Ginanjar, Kang Mamo dan Abah Harun. Pasukan Atlantis dipukul mundur."
"Apa yang terjadi? Menggapa Aa Angga bisa-bisanya ada di pihak Atlantis? Mengapa dia memimpin orang Atlantis menyerang negeri Sunda, melawan anaknya sendiri dan mungkin bertanggungjawab atas kematian Iskanti."
Ira mengeluarkan buku catatan. Milik Angga.
"Suami anjeun dan suami aku Daeng Zulfikar mendarat di negeri Selatan yang kemudian diketahui bernama Atlantis. Pesawat mereka mengalami kecelakaan. Kang Angga dan Daeng suamiku diselamatkan orang-orang Atlantis yang butuh keahlian mereka."
"Waktu itu Atlantis dalam bahaya. Raja dan rakyatnya percaya mereka dikirim para dewa mereka dari langit untuk menyelamatkan mereka?" tanyaku.
Ira mengangguk.
"Dalam perang, suami Ira gugur ya?"
Ira mengangguk sedih.
"Setidaknya masih di pihak yang benar. Tapi setelah mengalahkan bangsa Lemurian, Atlantis justru jadi penjajah," kataku lirih.