Elang dan Iskanti sama-sama merindukan ayah mereka. Ibu Iskanti, Ira Mutiara adalah sahabat kecilku. Dia bertugas sebagai tentara. Â Sejak suaminya meninggal, kami sering bertemu. Sebelumnya jarang, karena dia sering bertugas di perbatasan.
Pekerjaan aku kerap tertunda, karena benang-benang sering dipinjam anak-anak nakal itu. Sandiwara selesai, Â baru aku bisa kembali mengumpulkan benang itu. Aku maklum Elang hanya ingin bermain. Â Untuk pelangganku memaklumi.
Sebetulnya para ahli membuatkan robot berbentuk anjing yang ukurannya cukup besar. Anak itu menamakannya Tumang. Apa artinya? Hanya Elang yang tahu.
Katanya dibisikan seorang kawannya berukuran besar yang disebut mereka sebagai Hiyang. Saya kira itu teman khayalannya. Tidak ada manusia yang sosoknya setinggi empat meter hingga kepalanya menjangkau jendela rumah panggung, apalagi mahluk. Â
Sekalipun Hiyang mahluk planet ini. Pasti terdeksi kamera pengintai yang banyak tersebar. Kalaupun ada tidak terdeteksi bagaimana ia berkomunikasi dengan kedua anak itu?
Sehari-hari setelah resmi dihibahkan Tumang menjadi temannya bermain. Kata Elang, temannya bernama Hiyang itu suka dengan Tumang dan kerap memperbaikinya. Ah, masa?
"Mungkinkah Hiyang mahluk alien dalam dongeng nenek moyang kita dulu? Menurut cerita mahluk lebih cerdas dari manusia?" cetus Mamo, pilot Guru Minda yang kerap mengunjungiku suatu ketika. Dia sahabat Kang Angga juga.
"Mahluk yang pertemuannya dengan manusia hanya dalam cerita film dan kerap dikaitkan dengan teori konspirasi?" aku menampik dugaan Mamo karena tak seorang pun bisa membuktikan keberadaan alien secara empirik. Â Â
Kalau Sang Kuriang mungkin dari nama tanaman yang kami temukan, semacam pohon dengan daun-daun berwarna kuning dua meter.  Namanya sebetulnya Kurihangan. Kalau tertimpa cahaya bulan purnama seperti menyala di tengah  malam, seperti lampu-lampu yang indah.  Sementara Sumbi mungkin dari nama bunga yang tumbuh di planet ini.
Sumbi adalah bunga berwarna hijau yang menghasilkan saripati yang berwarna hijau juga rasanya manis, yang ternyata aman dikonsumsi manusia, seperti madu. Lagi-lagi Elang cerita, kalau tanaman itu dulunya ditanam Hiyang untuk membantu umat manusia.
Tapi kalau Tumang, mungkin dia baca dari perpustakaan digital yang membuat jutaan entri buku, surat kabar, majalah, yang dibawa nenek moyang kami dulu.