Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dayang Sumbi (1)

4 Juni 2020   17:24 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kredit foto: https://www.qureta.com/post/dayang-sumbi-dan-intelektualitas-perempuan-sunda/pixabay

Pekerjaan aku mendesain pakaian untuk umat manusia yang harus dimodifikasi agar sesuai dengan suhu planet ini. Kami punya perkebunan kapas sekaligus juga peternakan domba. Namun pakaian ini harus dipadu dengan bahan dari tanaman lain yang ditemukan di planet ini yang ternyata kombinasi yang pas.

"Elang, benang Ambu kembalikan!"

Anak nakal itu gemar menganggu aku ketika ingin diperhatikan. Dia mengambil gulungan benang serat tanaman di planet ini yang kami namakan talisati karena benang memanjang dan begitu elastis, awet dan tidak mudah putus, seolah memiliki kesaktian.

Dengan agak malas aku mengejarnya.  Tapi anak nakal itu justru menyuruh Tumang mengembalikan benang itu pada aku.  Dengan lucu anjing robot itu, menaruhnya dalam mulutnya dan menyerahkannya pada aku.

Elang anakku. Usianya tujuh tahun waktu Titanum. Ayahnya, Angga Wibawa, seorang pilot pesawat Guru Minda hilang ketika Elang berusia dua tahun, ketika mencoba melakukan pendaratan di salah satu bulan tanpa diketahui sebabnya.

Ekspedisi yang pertama dan terakhir dari Koloni Preanger keluar dari planet Titanum. Dewan Preanger menduga dia tersedot ke lubang cacing entah tersesat ke mana. Elang masih mengira ayahnya berpergian di luar angkasa. Belum waktunya aku ceritakan.

Elang bersama kawan-kawan sebayanya gemar membuat rambut palsu dari benang itu seolah mereka pangeran dan putri. Mereka gemar bermain di alun-alun pemukiman. Di belakang mereka ada bangunan yang dibuat dari pasir planet ini tiga undak setinggi tiga meter.

Entah bagaimana anak-anak itu bisa membuat bangunan indah. Entah siapa yang mengajarkan mereka. Tapi di Planet Titanum sudah biasa terdapat anak-anak cerdas. Anak-anak sudah sekolah sejak umur empat tahun waktu Titanium, menurut para tetua sama dengan usia anak sekolah waktu di Bumi.  Kami punya lembaga pendidikan dasar, menengah di setiap kota koloni.  Sementara universitas dan politeknik  lengkap dengan asramanya  dipusatkan di Preanger satu.

"Aku adalah Pangeran Sang Kuriang dan kamu adalah putri cantik Dayang Sumbi," Elang berkata menunjuk seorang anak perempuan sebayanya yang tersipu malu. Sementara yang lain menjadi para punggawa istana.

Aku tersenyum geli melihatnya. Beberapa anggota dewan Preanger Dua dan ribuan penduduk koloni, juga tersenyum menyaksikannya dalam pertunjukan khusus digelar untuk mereka di lapangan pada malam dua purnama.

Entah dongeng apa yang mereka baca dan saksikan. Yang disebut Dayang Sumbi sebetulnya nama aslinya Dayang Iskanti, yang dekat dengannya karena senasib. Ayahnya juga hilang bersama suamiku dalam ekspedisi itu. Kami bertetangga. Namanya Daeng Zulfikar, pekerjaannya tentara pengawal koloni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun