Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dayang Sumbi (1)

4 Juni 2020   17:24 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kredit foto: https://www.qureta.com/post/dayang-sumbi-dan-intelektualitas-perempuan-sunda/pixabay

Kami bisa bertahan karena kami punya senjata high voltase, pelontar listrik dan pelontar panas senjata pamungkas yang bisa membuat mahluk itu jadi debu. Mahluk buas itu bisa menggelinding seperti bola raksasa ini, bergaris tengah tiga meter. Kalau berdiri mahluk itu berkaki kecil tapi jumlahnya puluhan. Tubuhnya bulat dengan dua tangan yang menjulur panjang seperti belalai untuk memasukan mangsanya ke dalam mulutnya yang besar. Panjang belalainya tiga meter.

Mahluk berbulu putih lebat ini bisa bergulung seperti bola dengan melipat tangan dan kakinya. Hanya senjata high voltase  atau pelontar panas, serta robot anjing kami yang bisa membunuhnya. Robot anjing kami tentunya lebih besar dari anjing hidup.

Mungkin sisa mahluk lainnya masih ada di kawasan belahan planet ini lagi. Mahluk ini dinamakan Bolo. Karena menggelinding seperti bola.  Gerakannya cepat karena kecil-kecilnya itu yang berfungsi menggelinding. Mereka carnivora memangsa hewan pemakan tumbuhan yang kami sebut dengan nama Ciput.

Hewan ini ukurannya mungil, seukuran kelinci yang kami bawa kami budidayakan dari Bumi , namun dia bisa berdiri. Bulunya berwarna biru muda dengan garis-garis putih dan kupingnya bulat dengan ekor yang panjang dan lebar seperti tupai.  Ciput itu bersarang di  hutan dekat koloni, belakangan ke hutan buatan kami.  Ciput itu makan buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan di hutan asli planet ini. Tetapi di hutan buatan kami, dia bisa makan kol dan rumput.

Mereka bisa  berdampingan dengan kelinci dan rusa. Itu sebabnya Bolo suka berburu ke koloni.  Kami memang sengaja menanam kol dan wortel di dalam hutan untuk keperluan kelinci itu, karena kelinci itu cadangan makanan kami.  Sayangnya Bolo tidak hanya berburu Ciput dan kelinci.

Awalnya hanya ternak kami yang jadi korban, tetapi kemudian manusia jadi korban. Tapi kemudian perintis kami memasang alarm dan kamera pemantau di perbatasan koloni manusia yang jauh dari pemukiman.  Sehingga kami punya waktu menumpas mereka.

Seluruh wilayah koloni tujuh Preanger dan areal yang mendukungnya sekitar tiga puluh ribu kilometer persegi dengan populasi sekitar tujuh belas juta jiwa.  Wilayah kami meliputi dua pegunungan dan berbukitan, mempunyai banyak danau besar dan kecil hingga menyediakan air tawar. Selain hutan dengan tanaman khas planet ini yang sudah kami jinakan, kami sudah mampu membangun hutan buatan sendiri yang cukup di beberapa tempat.  

Selain tinggal di kota koloni kami punya puluhan desa untuk mengerjakan pertanian, peternakan, perikanan, penangkaran rusa, kelinci, hingga pabrik pendukung kehidupan yang dibangun jauh dari kota.  Wilayah kami punya banyak danau atau situ, hutan buatan hingga tepi  laut yang tentunya berbeda dengan yang ada di Bumi. 

Hingga saat ini para ahli di Koloni Preanger belum berani mencoba menjelajahi lautan yang tepatnya danau air tawar besar bukan asin seperti kami baca di buku-buku.  Kami kerap menemukan hewan-hewan yang berbeda.

Ada yang bisa dikonsumsi setelah diteliti termasuk tumbuhannya, namun ada yang tidak menimbulkan alergi.  Entah di lautan yang lebih dalam ada apa, mungkin mahluk yang bisa memangsa kami, seperti Bolo.

Danau buatan air asin kami rekayasa  hanya untuk kebutuhan garam dan ikan tertentu untuk penopang hidup dan luasnya  hanya belasan kilometer persegi.  Tetapi menjadi tempat rekreasi juga sekaligus mengingatkan bahwa asal kami punya laut vasin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun