Menurut dokumen tersebut diputuskan mengangkat Mohammad Toha Sekretaris CS PKI Subang sebagai Bupati Subang, untuk Dandim 0605 diangkat bekas anggota BPH R G Suryam Kepala Polisi Subang Solohin pimpinan tertinggi Pemuda Rakyat Subang., Kepala Kejaksaan Eme Sukarja, gembong dan anggota DPRD GR dari Fraksi PKI. Â Untuk jabatan Direktur PPN Dwikora V ditunjuk Dahlan (gembong Sarbupri) dan Direktur Muda PPN Dwikora V bernama Amat, Gembong SOBSI.
Selanjutnya menurut pengakuan gembong PKI/Ormasnya yang kini telah dimamankan sesuai apa yang tertulis dalam dokumen Coup, pengambil alihan  Pemerintahan Daerah DT II Sumedang akan dilakukan pada 29 September 1965 jam 17.30 di mana waktu itu Bupati sedang memimpin dan mengikuti sidang DPRDGR DT II Sumedang.
Dalam sidang itu tak seorang pun anggota Fraksi PKI hadir. Tetapi beberapa anggota Pemuda Rakyat berkeliaran di tempat sidang itu.
Yang menyebabkan tidak hadir katanya sibuk memimpin 1.500 orang anggota Pemuda Rakjat, BTI, Gerwani dari desa-desa untuk masuk kota.  Nantinya bersama anggota Sabuprim SOBSI melucuti tentara. BTI melucuti polisi dan Gerwani mengawasi gerak-gerik Hansip.  Melihat gerak-gerik yang mencurigakan  Dan Yob Subang Letkol Otje Abdullah Achmad telah menyebarkan patroli huru hara yang menyebabkan coup itu gagal.
Bagaimana dengan daerah lain? Pada 15 Oktober 1965 pimpinan PKI Kota dan Kabupaten Sukabumi menyatakan tidak terlibat dalam pemberontakan di Jakarta kemudian PKI dan beberapa organisasi underbouw PKI diSukabumi seperti SOBSI, SBPP, Pemuda Rakjat dan Gerwani  beserta anak cabangnya menyatakan membubarkan diri.
Namun kemarahan masyarakat tak terbendung. Pada 31 Oktober 1965, 20 orang pentolan PKI yang dilatih di lubang buaya tertangkap di Sukabumi beserta beberapa dokumen yang menyebutkan rencana pemberontakan serta para tokohnya.
Sejumlah pentolan PKI di Sukabumi dihabisi diantaranya ketua BTI Cisarua Baros dibunuh massa. Sebuah organisasi lokal bernama Santjang Lumaku akhirnya membubarkan diri karena anggotanya banyak yang terlibat dalam kegiatan PKI.
Aksi KAMI Â di Bandung: Babak Awal
Apel Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) diikuti puluhan ribu mahasiswa progresif revolusioner di halaman Balai Kota Bandung, Selasa 9 November menuntut agar pemimpin gadungan yang langsung atau tidak langsung terlibat dalam gerakan kontra G 30 S disingkirkan dari semua aparatur revolusi demi keselamatan Revolusi Agustus 1945.
KAMI Bandung terdiri dari HMI, GMNI (Osa-Usep) PMII, SEMMI, Germahii, HMM, Imaba, PMB, Mapanscas serta mahasiswa instra university seperti ITB, Unpad. Mereka juga minta PPMI dan MMI dibersihkan dari okum-oknum kontra revolusioner dalam G 30 S (15).
Pertengahan November 1965, PKI di Jabar praktis runtuh dan tercerai berai. PKI dan Ormas-ormasnya di Jawa Barat Sudah Bubar. Dibubarkan oleh Anggota-anggotanya Sendiri. Â Pepelrada Jawa Barat Larang Lanjutan Kegiatannya. Demikian headline dari Pikiran Rakjat 18 November 1965.