Pada Februari itu juga terjadi pertempuran sengit di Kindu, Provinsi Kivui, Kongo antara Pasukan PBB dari Nigeria melawan Pasukan Kongo. Pasukan Nigeria terkepung  oleh pasukan Kongo berkekuatan 7 kali lipat. Dalam pertempuran itu seorang perwira Nigeria berpangkat Letnan tewas dan 4 serdadunya hilang. Tidak diketahui berapa jumlah korban pasukan Kongo.
Kongo juga punya arti penting, karena Indonesia mengirim tentara untuk menjadi bagian pasukan perdamaian PBB.  Di antara pasukan yang dikirim adalah  Batalyon Kujang 1 Siliwangi untuk Garuda II dipimpin  Letkol Solichin Gautama Purwanegara. Upacara timbang terima dari Dan Jon sebelumnya Mayor Surya Prasodjo ke Solichin  dilakukan meriah pada pukul 16.00 di Gelora, Bandung pada 29 Agustus 1960. Upacara ini dihadiri Gubernur Jawa Barat Kolonel Mashudi  dan Wali Kota Bandung Prijatnakusuma.
Pasukan Bataliyon Kujang I kemudian mengadakan defile keliling kota melalui Jalan Aceh, Wastukencana, Braga , Naripan, Asia Afrika dan Oto Iskandar Dinata. Penduduk Kota Bandung memagari setiap jalan yang dilalui. Â Namun Pasukan Bataliyon Kujang I baru berangkat dari Bandung menuju Jakarta, Kamis 8 September 1960.
Solichin seperti dikutip Pikiran Rakjat, 10 September 1960 mengucapkan,
"Jakinlah, kami seluruh anggota Bataliyon Garuda II akan melaksanakan tugas yang dibebankan negara, dengan tekad jang ada pada kami, jaitu jang meliputi pyhisic dan mental. Tugas kami di luar negeri tak akan beda dengan di dalam negeri.." Â
Pasukan Batalyon Garuda II berangkat ke Kongo menumpang Kapal USS Boxer, Sabtu 10 September 1960. Turut mengantarkan Ibu Fatmawati Soekarno, memberikan kalungan bunga kepada Letkol Solichin. Â Para tokoh lain yang mengantar adalah KSAL Kolonel Jos Sudarso, Â Panglima V Kodam V Umar Wirahadikusuma, Â Brigjen Ahmad Yani.
Solichin, Kelahiran Tasikmalaya 21 Juli 1926 mempunyai latar belakang akademik menempuh pendidikan di ELS, MULO masa Hindia Belanda hingga US Army Infrantri School pada 1957. Sejarawan tentang Indonesia dari Australia  Ulf Shundausen mengungkapkan bahwa dalam Perang Kemerdekaan Solichin berasal dari latar belakang Tentara Pelajar (Shundausen, 1986, 310).  Â
Mantan Komandan Pasukan Garuda I yang menjadi pasukan perdamaian PBB di Sinai pada 1956-1957 Brigjen Suadi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media massa akhirAgustus 1960, tugas pasukan PBB di Kongo lebih berat karena menjadi juru damai orang sebangsa. Selain itu medannnya berupa hutan dan rawa. Mereka ditugaskan di Provinsi Kivu, di mana Albert Kalonji memprokalamirkan lepas dari Kongo, menyusul Provinsi Katangga.
Kiprah pasukan Indonesia di Kongo yang pertama terungkap di Pikiran Rakjat edisi 29 Oktober 1960. Pasukan Indonesia yang diberbantukan kepada Komando PBB dikerahkan ke garnizun Thysville dengan perintah menghalangi-halangi setiap kendaraan berlapis baja dari Mobutu, Â yang bergerak ke Leopoldsville.
Insiden yang cukup serius menimpa pasukan PBB terjadi pada pertengahan November 1960, ketika pecah pertempuran antara pasukan PBB dengan pasukan Kongo yang mencoba memasuki Kedutaan Ghana (negara yang mendukung Lumumba di Leopoldville) yang berada di bawah perlindungan PBB.