Bahaya perpecahan di Kongo sudah diprediksi media massa sejak kemerdekaan diproklamirkan. Â Penyebabnya ada berbagai faktor, di antaranya kesenjangan antar satu provinsi dengan provinsi lainnya, serta banyaknya suku di Kongo. Â
Provinsi Katanga adalah kawasan kaya akan mineral, seperti uranium, tembaga dan intan. Â Lumumba dan Kasavubu sejak awal memang dianggap tokoh kunci dalam penyatuan politik negara itu. Media massa Barat tidak menggolongkan Lumumba sebagai orang beraliran kiri awalnya.
Yang dianggap orang beraliran kiri sebetulnya adalah Wakil Perdana Menteri Antoine Gizenga, pimpinan Partai Setiaka dan berkuasa di kawasan Leopodville dan Menteri Penerangan Kashamura. Orang-orang ini sebetulnya bisa menerima gagasan komunisme. Â Persoalannya justru Lumumba merangkul mereka dan menawarkan kedudukan menteri.
Prediksi ini benar. Hanya 6 hari setelah Kongo merdeka sejumlah tentara Kongo memberontak terhadap perwira mereka di Leopoldville. Mereka menuntut upah mereka dinaikan dan perwira kulit putih digantikan bangsa Afrika.Â
Tentu saja pemberontakan ini merusak reputasi Lumumba yang sudah menjamin bahwa para perwira bangsa Belgia masih memimpin sejumlah pasukan hingga perwira bangsa Afrika sendiri mampu. Tidak diketahui siapa yang memprovokasi pemberontakan itu, tetapi pemicunya adalah kesenjangan gaji. Â Hal yang tampaknya tidak diperhitungkan Lumumba ialah terlalu percaya pada sistem demokrasi Barat dan melupakan peran tentara yang mempunyai penghidupan rendah. Â Â Â
Masalah lebih besar terjadi bukan saja sekadar perlawanan terhadap perwira Eropa, tetapi juga teror kemudian terhadap penduduk bangsa Eropa di Thysville. Â Rumah mereka digedor dan terjadi beberapa pemerkosaan terhadap sejumlah perempuan kulit putih. Â Kerusuhan itumenelan korban jiwa beberapa orang Eropa.Â
Tentu saja kejadian ini memberikan angin kepada Belgia melakukan intervensi. Pasukan payung Belgia kemudian muncul di Leopoldville dalam berapa hari. Mereka punya dalih untuk melindungi warga negaranya. Â
Khawatir akan dampak lebih luas lagi, PBB Â segera mengirim pasukan perdamaian. Pasukan ini kemudian tiba di Kongo pada pertengahan Juli 1960. Seperti yang diduga, pada pertengahan Juli itu juga Majelis Provinsi Katanga mensahkan keputusan Moise Tshomba menyatakan Katanga memisahkan diri dari Kongo. Antisipasi PBB terlambat.
Kekacauan ini memberikan legitimasi kepada lawan politik Lumumba. Pada 5 September 1960 Kasavubu melengserkan Lumumba karena dianggap memicu perang antar suku di Kongo. Dia mengangkat Ketua Senat Joseph Ileo sebagai Perdana Menteri baru.
Lumumba menolak hal itu dalam pidatonya dia mengatakan pemerintah yang dipilih secara demokratis tidak bisa diberhentikan, kecuali kalau tidak lagi dipercaya oleh rakyat.Â
Hammarksjoeld memprotes masih adanya pasukan Belgia di Kongo. Pasukan itu terdiri dari 400 orang berada di lapangan terbang di Provinsi Katangga pada akhir Agustus 1960 . Â Lumumba sendiri pada Kamis 15 September 1960 berada di bawah perlindungan pasukan PBB dari kepungan pasukan Bawaknga lawannya di Leopoldville.