“Guebaca lagi. Kalau semua keinginan manusia dipenuhi, tentu sulit. Mulai dari kebutuhan dasar seperti makan, seks dan naluri agresifitas yang luhbilang stres, kemarahan hingga lebih kompleks maka tidak akan ada perang bahkan tidak akan ada konflik antar manusia. Luh bilang manusia bisa teratur seperti serangga social. “
“Guesebetulnya sudah lama mengagumi serangga Niel, sudah lama… gue heran kok lebah-lebah bisa rukun dalam koloninya. Sekalipun serangga sering membuat gue sebal.Apa manusia bisa dibuat seperti itu?”
“Maksud luh rekayasa sosial?”
“Apa mungkin? Setidaknya dalam bentuk yang lebih kecil.”
Diskusi putus setelah Yola datang. Rupanya dia ada kuliah pagi ini. Cewek tomboi itu mengulurkan tangan. “Selamat gue bangga. Luhmenyebut nama kelompok kita dalam tulisan,” Dia menunjuk artikel yang sama.
“Anjrit luh tahu juga,” celetuk Daniel.
“Kan kita satu spesies,” sela gadis itu tersenyum.
Dia duduk di samping Alif.
“Luh ada kuliah apa pagi ini?” sapa Alif.
“Sinema Prancis. Mata kuliah favorit gue.Lagipula gue kan ingin buat skripsi soal Francois Ozon.”
“Besok siang kelompok kita kumpul ya di Resto Bakmi langganan kita di Margonda,” ajak Alif. “Habis gueambil honor.”