Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (11-12)

1 Mei 2017   10:02 Diperbarui: 1 Mei 2017   10:16 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Déjà vu? Zahra juga pernah lihat wajah kakanda dalam mimpi.”

Mereka semakin intim. Alif mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan itu. Zahra tak menghindar sekalipun wajah mereka hanya tinggal berapa senti. Namun ia berkata tanpa bergerak sedikit pun.

“Kakanda mau melihat Rumah Mahkota. Nanti kan kerja di sana? Setelah pulang Kak Alif boleh lihat tempat Zahra kerja.  Hari ini Kak Alif dapat jawaban pertanyaan yang ada di hati Kak Alif. Walau tidak semua.”

Alif menerima ajakan tangan Zahra. “Aku ganti pakaian dulu. Kamu juga ikut. Jangan macam-macam dalam kamar, ya? Jangan sampai kita jalan terlalu panas. Pagi enak buat jalan keliling.”

Zahra kemudian memakai kain penutup kepalanya, tidak terlalu rapat. Tetapi masih memperlihatkan sedikit rambutnya. Dia mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang berwarna oranye cerah dengan border kuning. Bajunya punya terusan yang membelah hingga ke lutut, hingga sekilas tidak terlalu memperlihatkan lekuk tubuhnya. 

Alif mengenakan baju yang hampir serupa. Dia juga mengenakan penutup kepala juga berwarna oranye. Sepatu yang mereka kenakan juga berwarna biru, tampaknya dari campuran kulit mungkin kelinci dengan lapisan kain tebal di dalamnya. Alasnya kemungkinan karet.

“Tidak terlalu banyak beda ya, pakaian laki-laki dan perempuan?”

“Memang penting bagi kak Alif? Kami tidak pernah meributkan hal ini kakanda. Setiap orang sudah punya pasangannya ketika mereka merasa sudah ingin menikah.  Kalau belum menikah memang pakaiannya beda.  Juga yang kecil-kecil.”

  

“Kalian menjodohkan.”

“Tidak kakanda. Biar mereka sendiri menentukannya.  Ayah dan ibu mereka tidak akan memaksa.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun