Alif kemudian menemukan kawan barunya. Seorang bayi perempuan yang sedang digendong seorang pengasuh perempuan. Alif mencium keningnya.
“Kamu boleh kasih nama. Kamu berhak kasih nama.”
“Dia lebih kecil dari atom kata guru agama aku. Sangat kecil di dunia yang kejam ini. Nama depannya Zahra. Dia aku temukan di fajar yang beku. Tetapi dia putri yang cantik. Aku namakan Zahra Putri Fajar.”
Bayi itu merespon jemari Alif.
“Nama yang bagus Nak.Tampaknya dia ingin kamu bersamanya.”
“Bisa apa aku? Tetapi kalau aku bertemu dia nanti sesudah besar. Kita bisa jadi temanan nggakyaa?” Alif polos.
Terdengar suara Kang Parman dari luar. “Lif, nanti Ibu kamu marah kalau pulang malam.”
Nanang Sumarna mengangguk. Dia memberi isyarat pada Kang Parman untuk menyediakan sedikit waktu untuk Alif.
“Kakak pergi dulu yaa.” Dia mencium kening bayi itu dengan lembut. Moga kelak kita jumpa lagi. Kakak janji kalau nanti jadi orangtua tidak akan mau seperti orangtua kamu.”
“Kamu anak baik Alif.”
(BERSAMBUNG)