Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (5-8)

30 April 2017   21:58 Diperbarui: 30 April 2017   22:31 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Irvan Sjafari)

“Di mana saya?”

“Terserah kakak menyebutnya apa?  Sekarang kakak mandi dahulu.”

Perempuan itu menarik tangan Alif menuju sebuah ruangan lain di lantai itu. Dia kemudian menunjuk sebuah ruangan berpintu kuning di bagian belakang. Bentuknya juga segi enam. Perempuan itu kemudian pergi. “Saya tunggu kakak di luar.”

Dengan ragu laki-laki itu melangkah.   Di dalamnya sudah tersedia bak mandi berisi air bertabur bunga-bunga. Baunya memancarkan wewangian yang belum pernah diciumnya, namun terasa nyaman dan menyegarkan. Di samping bak ada sabun cair wangi bunga dicampur rempah. 

Di dalam rak dekat bak mandi terdapat kotak-kotak hexagonal terdapat berbagai kain dilipat berwarna coklat muda, semacam handuk.  Alif menyadarinya bahwa bangunan ini didesain seperti sarang lebah.

Laki-laki itu membuka terompa dekat bak, disusul busananya.  Dengan berlahan dia merendamkan dirinya dalam air yang hangat. Rasanya seluruh ujung sarafnya direlaksasi. Ada energi mengalir deras dalam pori-pori tubuhnya hingga dia memejamkan mata.

ENAM

Pasir Kliki, Bandung Utara

Ketika Alif berumur sembilan tahun

Alif melangkahkan kakinya menelusuri gang demi gang yang masih sepi. Pukul enam tepat demikian yang ia ingat ketika berangkat dari rumahnya menuju sekolahnya.  Seharusnya dia diantar Kang Parman dengan sepedanya. Namun hari itu pemuda yang masih kerabat ibunya itu terkantuk habis menonton pertandingan sepakbola di televisi.  Ayahnya tidak bisa mengantar ke berada di luar kota.

Letak sekolahnya tak jauh dari rumahnya. Dia bisa menempuhnya dengan berjalan kaki. Hujan turun semalam, membuat udara cukup dingin dan sedikti becek. Tentunya membuat para penghuni rumah enggan ke luar rumah.  Apalagi demam sepakbola cukup membuat banyak orang di daerah tidur dini hari.  Alif sendiri memakai mantel karena khawatir hujan turun tiba-tiba.  Seragamnya juga masih baru pada hari pertama dia duduk di Kelas Lima SD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun