Misinya satu hanya satu, cari dan temukan apa yang disebut sebagai “Samurai Teriyaki 12” sebelum ia mencelakan seorang tamu VIP di atas kereta api Commuter 2025. Dia sendirian, satu-satunya petugas anti teroris yang disamarkan di antara para penumpang kereta api perjalanan kedua transportasi komuner teranyar berangkat dari Stasiun Kota, tetapi hanya berhenti di enam stasiun, Manggarai, Pasarminggu, Depok, Bogor, Sukabumi dan Cianjur sebelum masuk Bandung.
Mengapa disebut Teriyaki 12 komandan seperti masakan Jepang? Inspektur Satu Reza Syamsudayan tercengang teroris dan pembunuh bayaran paling berbahaya di dunia ini memakai nama nyeleneh. Sepintas nama yang bisa dicemooh dan potensial menjadi bahan bullyan di media sosial. Juga bisa membuat sosok samurai diolok-olok. Keterangan Komandan Densus 88 Komisaris Besar Sadikin membuatnya bergidik apalagi dilengkapi dengan kumpulan berita maupun dokumen rahasia tentang 24 serangan yang dilakukan Teriyaki 12 tanpa satu pun kegagalan.
Teriyaki 12 adalah drone robot pembunuh tercanggih. Penciptanya terinspirasi dengan cerita samurai Jepang, sekaligus menyukai makanan Jepang. Pernah mencoba dan mencicipi masakan beef atau chicken teriyaki? Potongan daging yang kecil-kecil itu? Nah drone itu punya ciri khas memutilasi korbannya menjadi 12 potongan lewat senjatanya setebal lidi berpijar dalam hitungan paling lama 30 detik. Benar-benar setebal lidi berpijar sepanjang satu meter membuat daging manusia seperti Anda membakar kawat hingga berpijar lalu memotong mentega beku.
Seperti pedang saber dalam film Star War? Fiksi yang menjadi nyata seperti telepon selulernya Star Trek, tetapi jauh lebih kejam dan efesien, karena pangkal pengaktifnya bisa disembunyikan di balik kaos kaki, jahitan dalam celana dan baju, kotak kacamata dan tidak bisa detektor logam.
Bukankah tamu kita bisa dilindungi dengan pasukan dengan rompi dan topi baja? Dengan gemetar Reza membaca sebuah file dalam dokumen yang dikirimkan komandannya kea kun emailnya.
Salah satu korban drone ini seorang presiden dari negera Amerika Latin yang dilindungi mobil anti peluru dan satu peleton tentara dengan topi baju. Tetapi Samurai Teriyaki 12 mampu membelah enam tentara dengan topi baja menjadi dua secara vertikal dan membelah mobil ditumpangi si presiden. Pokoknya pencipta Teriyaki 12 ini berhasil memenuhi kontraknya sebagai pembunuh bayaran.
Apa bisa dikenali Teriyaki 12 ini? Reza membaca file berikutnya di tabletnya. Sampai saat ini tak ada di negara dunia ini mengidentifikasi drone yang dibuat seperti manusia secara sepintas, kecuali setelah dia beraksi. Tingginya diperkirakan 165 cm yang bisa menyerupai etnik dan ras manapun. Rupa dan warna kulitnya bisa seperti bunglon karena memakai kulit manusia sintetis yang nyaris sempurna. Dia bisa menjadi perempuan, laki-laki, lansia, setengah baya, orang muda bahkan berwajah anak usia tanggung. Dia bisa bule, negro, Tionghoa, Melayu, Arab.
Preek. Keterangan Kombes Sadikin cukup memberikan kesan mengerikan. Drone itu jauh sama dahsyatnya dibanding yang digambarkan cerita film fiksi Terminator atau Robocop. Dalam 24 aksinya tercatat lebih 500 manusia menjadi mangsanya, termasuk 24 sasarannya selama sejak aksi terornya di dua puluh empat negara dalam dua tahun. Penciptanya tidak dikenal dan tidak peduli dengan ideologi dan tidak pernah bisa dilacak di mana markasnya. Tetapi selalu ada orang gila yang bisa mengkontaknya untuk plot pembunuhan.
Pembunuhan paling sepektakuler ialah terhadap seorang raja minyak dari Timur Tengah yang harus mengorbankan selusin pengawalnya menjadi perisai raja minyak itu seperti tumpukan daging, sebelum pedang itu menyentuhnya, raja minyak itu masuk ke lift dan kemudian dilarikan dengan mobil balap dari hotel di Paris, Prancis. Hotel itu dikepung tetapi Teriyaki 12 menghilang. Sasarannya akhirnya tewas di bandara Charles de Gaulle bersama selusin pasukan anti teroris Prancis. Waktu menyerang dia seperti seorang perempuan kulit putih pelayan hotel itu dan diperkirakan keluar dengan sosok yang lain. CCTV tidak mampu mengenalinya. Di bandara ia bisa menyerupai lansia kulit putih di kursi roda.
Dia lari dengan kecepatan 200 km per jam. Itu kelebihan lain.
Dua
Dinamakan Commuter 2025, karena perjalanan perdananya pada 1 Januari 2025 pukul enam pagi dari Stasiun Kota dan tiba di Kota Bandung tengah hari. Kereta itu menghubungkan jalur-jalur yang dahulu dibangun pemerintah colonial Belanda. Itu sebabnya berhenti di stasiun yang bersejarah. Perjalanan perdana ini diikuti Presiden, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat dan sejumlah pemimpin kota yang dilintasi dikawal penuh dan aman saja. Commuter 2025 hanya beroperasi tiap Jum’at, Sabtu dan Minggu jam enam pagi dari Jakarta dan dari Bandung pukul satu siang dan tiba jam tujuh malam di Jakarta.
Light train ini memang dimaksudkan untuk wisata akhir pekan. Penggemarnya banyak orang asing yang berminat. Kondisi ini yang menjengkelkan Reza. Samurai Teriyaki 12 itu bisa jadi siapa pun. Pada perjalanan akhir pekan pertengahan Januari 2025 ini, tamu VIP yang dimaksud putri seorang Kepala Polisi DEA [1] dari Amerika Serikat yang tidak suka dikawal. Reza membaca profil orang dlindungi di tabletnya yang dikirim komandannya. Namanya Nicole Hartman, masih berusia 20 tahun, gadis yang hobi travelling dan menyukai budaya Timur.
Nicole berangkat dengan kawan sebayanya dari Belanda, Dessy Van Dijk yang ingin melakukan napak tilas nenek moyangnya yang pernah tinggal di Hindia Belanda 100 tahun yang lalu, serta seorang cewek Indonesia teman travellingnya bernama Monika, seorang mahasiswi Teknik Industri Telkom yang menjadi pemandunya. Apa pentingnya Nicole, sehingga penyewanya sampai mau membayar jutaan dolar kepada pengendali Samurai Teriyaki 12 itu.
Ayah Nicole Richard Hartman pernah memimpin operasi anti narkotika di wilayah Miami yang membuat putra pemimpin kartel obat bius dari Kolumbia Amerika Latin yang seusia dengan Nicole terbunuh. Raja obat bius itu bersumpah akan membunuh anaknya Hartman dan mengirimnya seperti dengan delivery makanan ke ayahnya. Itu sebab bos kartel ini menyewa Teriyaki 12 agar menyerang Nicole di mana pun ia berada. Tiga juta dollar menurut intel DEA.
Sang Ayah ini teman karib Sadikin, Dia memohon dengan sangat agar pihak Indonesia menugaskan orang yang tangguh untuk menyelusup di kereta api itu sebagai penumpang. Diam-diam tentunya. Bukankah bisa secara rahasia dia ada di Indonesia? Masalahnya si Nicole ini aktif di media sosial, narsis di instagram dan “bocor” di Twitter dengan pengikut ratusan ribu orang tentang perjalanan dan rencana perjalanannya. Selain hubungannya kurang harmonis dengan ayahnya, karena sang ayah suka selingkuh, Nicole merasa aman dalam aktifitas travellingnya.
Cerita soal ronin [3] ini sama sekali tidak menakutinya.
Jam enam pagi di Stasiun Kota. Reza mengamati perempuan berambut pirang dengan tinggi 175 cm ini cukup menyolok untuk dikenali. Pakaiannya atraktif sekali dengan celana pendek hot spant, kaos ketat dan mengendong ransel 45 liter. Rekannya Dessy dan Monika paling-paling tingginya 160-an cm membuat Nicole tampil menyolok. Dari jauh saja tampak orangnya ramah dan ramai. Ada dua cowok Indonesia yang mungkin temannya Monika yang ikut bersama mereka. Itu analisis Reza.
Reza hanya sendirian. Pihak keamanan sepakat kalau melibatkan banyak orang malah menimbulkan korban jiwa yang besar di kereta api itu, mengingat aksi Teriyaki 12 yang menebas siapa saja yang menghalangi dia mendapatkan targetnya. Komandannya bilang ia dapat bantuan dari Bandung, seorang jenius masih kuliah teknik elektronika. Dia menemukan alat yang mendeteksi drone ini, sekaligus menghancurkannya (baru katanya). Karena pentingnya penemuannya siapa dia dirahasiakan dan kabarnya dia bekerja untuk Bandung Gedebage Technopolis.
Yang membuat Reza kesal baik sosok Teriyaki 12 dan pengendalinya bisa berangkat dari mana saja, dari Stasiun Kota, Stasiun Manggarai, Stasiun Pasarminggu, Stasiun Depok, Stasiun Bogor, Sukabumi atau Cianjur. Itu artinya Nicole bisa disergap di mana saja dan kapan saja, pokoknya sebelum sampai di Bandung. Sementara partner Reza juga tidak diketahui di mana naik kereta komuner itu, bisa dari Stasiun Kota dan yang penting dia tidak sedang ada di Bandung.
Kereta mulai bergerak dengan kecepatan sedang. Para penumpang yang naik dari Stasiun Kota masih mendapatkan tempat duduk. Reza menyamar sebagai mahasiswa tentunya. Dia mengenakan celana jins, kemeja kotak-kotak dan tas ransel. Ia duduk berseberangan dengan Nicole dan gerombolannya. Di dalam gerbong itu ada sekitar tiga puluh orang dari Stasiun kota. Separuh seusia Nicole dan kawan-kawannya. Yang lain ada tiga keluarga muda dan anak-anak mereka, serta seorang lansia yang mengajak mengobrol Nicole, Dessy, Monika dan kawan-kawan.
“Wah, kalau tanya sejarah Cianjur, saya turun temurun di sana, saya masih keluarga Kusuma Dilaga,” kata kakek itu.
Reza kesal karena harus menguping pembicaraan mereka. Kakek itu bisa saja Si Samurai Teriyaki 12 mengingat bawaannya tongkat dan tas tangan. Bisa jadi kakek mengorek keterangan siapa cewek bule itu. Lalu ada seorang pria asing mungkin orang Timur Tengah usia 30 tahunan duduk di sudut membuka tabletnya. Bukankah dia bisa mengendalikan si kakek? Bukankah Teriyaki 12 adalah robot yang mampu menguasai puluhan bahasa asing? Ah, Reza merasa tolol seperti orang Hollywood yang menganggap setiap orang berwajah Timur Tengah itu teroris. Pengendali Teriyaki 12 ini tidak punya ideologi, camkan itu!
Orang asing lainnya ialah seorang Jepang namanya Takashi Simhura. Katanya pada anak muda sebayanya dia adalah mahasiswa baru jurusan BIPA [3] Universitas Indonesia dan kawan yang menemaninya ini mahasiswa Jurusan Sejarah UI namanya Irvan. Usia mereka 20 tahunan. Reza harus menguping banyak pembicaraan. Bukankah bisa jadi Takashi Simhura ini pencipta mainan berbahaya itu dan Irvan itu sosok drone Teriyaki 12 itu? Tetapi kemungkinan itu menjadi mengecil ketika seorang perempuan kira-kira tiga tahun di bawah Irvan naik dari Manggarai.
“Hallo Kang Irvan?”
“ Hey, si geulis pulang ka Bandung?” kata mahasiswa itu.
Berarti Tuan Takashi Shimura ini bukan si pengendali dan Irvan bukan drone. Yang cewek pasti bukan karena chemistry mereka begitu natural seperti sudah kenal lama. Dari obrolan mereka cewek itu mahasiswi Fikom Unpad. Namanya Risa Kariska.
Dari Manggarai juga seorang bule berusia 30 tahunan dan berkacamata. Tubuhnya jangkung, rambutnya coklat dan begitu dingin, sibuk dengan smartphonenya. Wajahnya seperti orang Latin. Bukankah bisa menjadi pengendali? Apalagi di belakangnya naik seorang wanita Indonesia tingginya 165 cm dan kulitnya sawo matang.
“ You must like to see Saung Udjo, but we can stay in Homann,” kata si cewek.
Mmmh, ini pemburu bule atau drone? Si cewek memakai ransel seperti halnya si bule. Bisa jadi senjatanya disembunyikan di celana kombinya. Brengsek, rata-rata mahasiswa memakai ransel dan memakai celana kombi atau jins dengan sepatu kets. Bahkan ada mahasiswa arsitektur dengan tabung berisi rancangannya yang bisa saja berisi senjata maut itu dan pengendalinya di gerbong lain.
“Jadi rencana kalian pertama ke mana dulu di Bandung?” tanya si kakek.
“ Malam nanti nonton konser Bandung Kota Musik di Sabuga. Besok pagi ke Tangkubanparahu atau kawah putih Ciwidey,” sahut Monika.
“ Menginap di mana?”
“ Hotel backpackeran saja di kawasan Braga, ini Nicole tidak suka hotel berbintang,” kata Monika. “Nggak asyik.”
“ Saya suka tidur di Hostel seperti asrama,” jawan Nicole dengan Bahasa Indonesia patah-patah.”
Sialan. Umpat Reza. Bule itu malah cerita tidak suka dengan ayahnya yang polisi di Amerika Serikat dengan ceplas-ceplos. Duuuh. Reza ingin membungkam mulutnya. Mereka bica keras.
Stasiun Pasarminggu. Naik di gerbong seorang pemuda berkacamata, membawa ransel dan sebuah buku tebal. Buku itu ada tulisan tekniknya. Mungkin mahasiswa ITB? Cocok untuk profil partner. Reza tersenyum. Tidak ada bule atau orang asing yang mengikutinya berarti dia bukan drone, walau tingginya 165 cm. Karena menurut logika pengendalinya orang asing dan dronenya bisa disamarkan. Bukankah partnertnya orang Indonesia juga?
Tetapi dengan cara apa mahasiswa yang katanya jenius itu membuka sosok Teriyaki 12? Itu jadi pertanyaan Reza. Bisa jadi ada gadget dan senjata rahasia di tas ranselnya. Badannya terlalu kurus untuk jadi petugas lapangan, tetapi mungkin membantu melumpuhkan drone lewat alat-alatnya dan sisanya tugas dia. Mahasiswa kemungkinan anak ITB itu memilih berdiri agak dekat pintu sambungan, matanya tak lepas dari gadget sambil sekali-sekali ke arah penumpang, termasuk ke arah Reza. Mungkin ia mencari tahu dirinya dan Nicole.
Anak-anak berceloteh ria. Sejak dari Stasiun Pasarminggu, seorang petugas kereta api berseragam mulai hilir mudik. Di antaranya seorang kondektur menyapa penumpang dengan ramah. Dari papan namanya Reza melihat nama Rozali. Kepada rombongan Nicole dia menjanjikan bahwa di Bogor penumpang akan mendapat makanan pagi dan kereta api beristirahat tiga puluh menit.
“Di sini akan ada kantong plastik besar tempat makanan kotak dibuang dan setelah itu tidak boleh makan lagi,” katanya. Mungkin Nicole adalah turis asing dan orang Indonesia kerap berlebihan terhadap bule. Kondektur itu pria berkulit sawo matang dan ramah, menyapa penumpang. Tingginya 165 cm Mungkinkah dia drone yang menyamar dan mencari tahu posisi Nicole? Di belakangnya ada cleaning service perempuan dengan tinggi sekitar 165 cm. Tetapi Reza meragukannya. Keduanya tidak diikuti orang asing, tetapi bisa jadi di gerbong sebelah.
Namun ia menampik lagi, menurut insting Reza, harusnya si pengendali melihat dahulu lingkungan si sasaran baru menjalankan drone melakukan aksinya seperti yang sudah-sudah.
Kereta tiba di Depok sekitar pukul tujuh. Di gerbong itu muncul dua orang cewek usia 19 tahun atau 20 tahun dengan cewek lain membawa gitar dan bas, diikuti dua cowok yang lebih tua berapa tahun. Cewek pertama tingginya 165 cm tubuhnya padat dengan celana pendek. Cewek kedua lebih pendek sekitar 158 cm memakai hijab dan celana bahan.
Rombongan itu melihat Irvan dan teman perempuannya.
“Kang Irvan, Ka Bandung lagi, mau nonton pertunjukkan kami di Sabuga?”
“ Iya, Vika Rosalina,” kata si cewek, anak Fikom Unpad itu. “Kok nggak pernah main di Jatinangor, kampus kita tetanggaan?”
“ Takashi, ini Vika rocker dari Band Indie “Batu Api”, favorit kami,” Irvan memperkenalkan para personel band ini satu-satu.
“Iya, ini basis kami, juga backing vokalis, Nama Khairani,” kata Vika yang ceriah memperkenankan kawannya
“Oh, ya Mister Takashi. Kedua cewek ini ini calon insinyur anak ITB. Khairani ini anak Elektro dan Vika ini anak Industri,” kata Irvan.
Piiuuh, buat apa susah-susah masuk ITB menghabiskan waktu dengan main musik band indie. Pasti anak-anak ini IPK jeblok. Mengapa tidak masuk sekolah musik saja, Reza mengumpat. Dia juga heran bisa-bisanya cewek berhijab jadi rocker. Tetapi dia segera browsing dan mengetahui tahun 2000-an awal sudah ada cewek berhijab jadi rocker. Apa salahnya?
Kemudian Reza melihat penumpang lain masuk gerbong mereka dari Depok, kemungkinan stasiun terakhir bagi drone dan pengendalinya untuk masuk kereta api. Serangan paling efektif dilakukan antara Depok-Bogor, atau Bogor-Sukabumi atau Sukabumi-Cianjur. Sebelum pintu menutup masuk lagi dua orang asing dengan aksen Malaysia. Yang satu bertubuh jangkung dan yang satu 165 cm memakai ransel. Masing-masing membawa gadget. Bandung memang langganan turir Malaysia dan Arab, tetapi dengan memakai komuner agak langka. Jadi wajib bagi Reza menjadikan mereka termasuk tersangka drone dan pengendalinya.
“Awak hendak lalu ke Pasarbaru,” kata yang jangkung.
Bukankah Nurdin M Top orang Malaysia? Reza harus berspekulasi lagi.
Tiga
Istirahat di Bogor. Sebelum mencoba jalur baru yang susah payah dibangun menghubungkan stasiun Bogor ke jalur Sukabumi. Rojali membagikan makanan kepada setiap penumpang dibantu petugas restorasi di Bogor. Di papan namanya Ibu Ulfah, seorang wanita setengah baya. Reza menguping pembicaraan mereka bahwa wajah Rojali mengingatkan dia pada anaknya bernama Franky yang meninggal karena kecelakaan di Puncak. Sama-sama asli Betawi.
“Bang Rojali, Betawi ya?” tanya Irvan. Rupanya mahasiswa mendengar percakapan keduanya.
“ Iya, Nak Rojali ini satu kampung dengan saya dahulu di Bukit Duri. Katanya Babenya nama Haji Dullah, tetapi ibu saya tidak pernah cerita tentang Haji Dullah.”
Lalu Rojali dan Ulfah membagikan makanan kepada Nicole dan empat kawannya. Nicole membuka kotaknya dan ada beberapa kue talas Bogor yang tidak dikenalnya.
“This is Cake original Bogor,” kata Rojali menjelaskan dalam Bahasa Inggris fasih.
“ Oh, Sorry, I am American never know these,” kata Nicole mengulurkan tangan.”I’am Nicole..” Rupanya ia cewek bule yang tertarik dengan pesona wajah Asia.
Rojali melihat wajah bule itu dengan terpesona. “You are pretty..!”
“Ah, genit si Abang,” sela Monika.
Reza juga menggeleng kepala melihat tingkah kondektur itu. Tetapi masih manusiawi. Lalu Rojali dan Ulfah membagikan makanan ke kelompok Band Batu Api dan rombongan Irvan.
“Abang petugas baru, saya sering naik kereta komuner tidak pernah melihat Abang,” kata Irvan.
“ Iya, Mas. Saya tadinya di jalur Tangerang-Tanabang,” katanya.
“ Oh, pantes gue juga nggak melihat,” kata Ulfa.
Mata Reza kemudian tertuju pada penumpang yang baru naik dari Bogor persis ketika sampah dikumpulkan dan dibawa turun dan kereta hendak berangkat. Penumpang itu seorang perempuan yang sangat dikenal.
“Anjrit dari mana aja luh Reza! Nggak kasih kabar!”
“Ntar dulu Gania,” Reza khawatir samarannya terbongkar.
“ Kalau mau putus bilang baik-baik dan nggak ngilang! Emang kerja luh apa sekarang dari SMA ngilang, luh tentara?”
Mampus. Reza menyesal harus meninggalkan Gania pacarnya di SMA karena dia masuk polisi. Dia tidak tahu bahwa pacarnya di SMA di wilayah Malang, sudah pindah ke Bogor. Tugasnya membuat dia tidak bisa ikut di media sosial dengan nama asli dan sedapat mungkin tidak banyak kenal dia.
Kereta api berangkat. Sekitar setengah jam Gania sempat diam. Semua kursi sudah terisi. Karena Gania berdiri, Reza memberikan tempat duduknya agar dia diam. Sayangnya para penumpang melihat ke arah mereka. Begitu juga rombongan Nicole, Irvan dan keluarga muda. “Ngapain luh ke Bandung? Dapat mojang yang geulis itu!” Kekasihnya di SMA itu meledak lagi. Dia pencemburu. Suaranya begitu keras. Nicole dan rombongannya mentertawakannya.
Kondektur Rojali kembali lagi tampaknya untuk melihat apa yang terjadi. Sebentar lagi stasiun Sukabumi. Reza tidak bisa konsentrasi. Dia melihat pria Timur Tengah itu masih diam dengan tabletnya. Begitu juga dengan mahasiswa ITB itu. Dia berharap drone dan pengendalinya itu tidak menemukan Nicole dan berada di gerbong lain. Tiba-tiba Gania berdiri dan mendorong Reza dengan kasar. Rojali memegang Reza seolah ingin memisahkan. Tiba-tiba Reza merasa pegangan laki-laki seperti baja. “Kampret, dia drone!” makinya dalam hati.
“Nicole Get Out!” teriaknya. Persis ketika kereta api tiba di stasiun Sukabumi. Tetapi drone itu mengejarnya dan menendang Reza hingga terlempar ke arah Gania terhuyung dan menubruk seorang bapak hingga mereka terjatuh di lantai. Penumpang berteriak ketika Rojali mengeluarkan semacam benda seperti tongkat kecil, namun ujungnya berpijar. Itu bukan Rojali tetapi Teriyaki 12.
Reza berharap mahasiswa ITB berkacamata itu menolongnya dan mengeluarkan senjatanya. Tetapi mahasiswa itu tidak di tempatnya. Mungkin pindah gerbong karena terganggu pertengkaran Rojali dan Gania. Pertolongan datang dari mahasiswa arsitek menangkis sabetan lidi berpijar itu dengan tabungnya hingga terbelah dengan mudah. Ia sendiri terluka di tangannya. Monika menyeret Nicole keluar gerbong. Begitu juga kawan-kawannya. Para penumpang berhamburan keluar. Gania pucat. Reza melompat dari gerbong. Ia melihat pria Timur Tengah yang disangka teroris itu di antara yang lari terbirit-birit.
Di pelataran stasiun dia melihat seorang tentara dan dua polisi stasiun terkapar berlumur darah terkena sabetan lidi berpijar. Sosok Rojali tampak logam setelah tubuhnya dihujani tembakan oleh tentara dan polisi di stasiun. Juga oleh tembakan Reza yang berpijar. Tetapi dia utuh. Drone itu menyentuh Nicole.
“Percuma Mas, dia hanya bisa hancur dengan ini..” suara Khairina mengeluarkan sesuatu yang disembunyikan dari gitar listriknya, semacam pedang tetapi yang keluar pijaran listrik yang mengenai tubuh drone itu, tepat ketika drone itu hendak menyabetkan lidinya. Samurai Teriyaki 12 terhenti dan berpaling pada Khairani. Pedang pijar dan listrik berbenturan. Gadis berubuh mungil itu mahir memainkannya. Busana muslimahnya tidak menghalangi gerakannya. Malah ia bisa membuat korsleting dan membuat drone ini berlubang di lehernya setelah berkelahi beberapa menit.
Para penumpang di stasiun berteriak dan polisi terus menembak. Ketika Khairani terpental karena tubrukan pedang begitu kuat, Reza menembakan pistolnya di lubang leher yang dibuat Khairani. Hasilnya fatal. Drone itu terkapar.
“Bagaimana kamu tahu soal Teriyaki 12?” Reza takjub dan merasa menjadi orang tolol.
“ Pembuatnya kawan kakak saya di Gedebage Technopolis. Namanya Indra Sanjaya. Dia sering main ke rumah mengajarkan saya membuat drone sederhana yang bisa dikendalikan. Pelumpuhnya hanya senjata pelontar listrik penemuan saya..”
“Rocker ..?”
“ Saya suka ngerock, tetapi intelejen mencium bakat saya yang lain dan membiarkannya jadi samara,“bisiknya. “ Kini identitas saya terpaksa terbuka di depan umum…nggak ada jalan lain?”
Reza merasa tolol lagi. Dia menelepon komandannya. “Nicole selamat Dan. Yang menyelamatkan saya mahasiswi, cewek, rocker, nggak ada tampang petugas..”
“Siapa bilang dia petugas? Saya kan nggak bilang dia laki-laki? Tetapi karena bakatnya diberbantukan,,” terdengar suara komandannya tegas.
“ Lah, ronin itu orang Indonesia…”
“ Saya kan nggak bilang pasti orang asing…”
Reza kemudian melihat Khairani berdiri dengan tenang. Kawan-kawannya hanya termanggu. Mereka tidak menyangka kawannya begitu pemberani. Begitu juga penumpang lain, termasuk Nicole. Tetapi siapa pengendalinya itu? Jangan-jangan? Reza teringat pemuda berkacamata itu. Tiba-tiba ia merasa harus belajar banyak.
Empat
Nicole Hartman selamat. Bapaknya senang dan menghubungi langsung Komisaris Besar Sadikin. Bahjan Presiden AS samai menghubungi Presiden Indonesia mengucapkan selamat dan dukungannya. Drone Teriyaki 12 berhasil dihancurkan. Indra Sanjaya buron. Kini dia adalah The Jackal [4] baru. Rupanya dia menghilang dari Gedebage Technopolis setelah menderita stress dan bertualang di mancanegara. Dia mendapatkan investor yang menjadikannya sebagai pembunuh bayaran. Kini ia berpotensi menciptakan drone-drone lain entah di mana. Reza menjadi pahlawan karena pahlawan sebenarnya Khairani Ayunie menjadi pelit bicara. Dia hanya mau bicara soal musik. Koran dan saksi mata memang menyebutkan senjata listrik penemuannya menimbulkan korsleting. Tetapi Reza menghabisinya. Tidak tanggung-tanggung media seluruh dunia meliput kasus di Kereta Commuter 2025.
“Semua bisa diatur, kita harus melindungi adik kita itu. Aset bangsa dia,” kata komandannya.”Tetapi tiga aparat gugur. Nanti kau harus ikut tim lacak siapa kontak Indra di Indonesia. Sementara ini kau ajak Gania pun nonton pertunjukkan musik di Sabuga.”
“Pertunjukkan Band Batu Api?”
“Ialah, tiketnya saya bayarkan. Hitung-hitung menghargai jasa dia. Besok kau pulang pakai Commuter 2025 juga, ya? Tetapi pasti aman lah…”
“ Siap komandan..”
Irvan Sjafari
Catatan:
DEA adalah Badan Anti Obat Bius Amerika Serikat.
Ronin= Samurai Tak Bertuan.
BIPA adalah Jurusan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di Fakultas Ilmu Budaya UI
The Jackal adalah teroris internasional 1970-an.
Ilustrasi Foto Kereta Commuter masa mendatang
http://wpmedia.news.nationalpost.com/2013/11/mississauga1.jpg?quality=65&strip=all
Clickompasiana, FiksiClick dan kisah fiksi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H