Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Click] Commuter 2025

14 Oktober 2016   17:06 Diperbarui: 14 Oktober 2016   17:20 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Iya, Vika Rosalina,” kata si cewek, anak Fikom Unpad itu. “Kok nggak pernah main di Jatinangor, kampus kita tetanggaan?”

“ Takashi, ini Vika rocker dari Band Indie “Batu Api”, favorit kami,” Irvan memperkenalkan para personel band ini satu-satu.

“Iya, ini basis kami, juga backing vokalis, Nama Khairani,” kata Vika yang ceriah memperkenankan kawannya

“Oh, ya Mister Takashi. Kedua cewek ini ini calon insinyur anak ITB. Khairani ini anak Elektro dan Vika ini anak Industri,” kata Irvan.

Piiuuh, buat apa susah-susah masuk ITB menghabiskan waktu dengan main musik band indie. Pasti anak-anak ini IPK jeblok. Mengapa tidak masuk sekolah musik saja, Reza mengumpat. Dia juga heran bisa-bisanya cewek berhijab jadi rocker. Tetapi dia segera browsing dan mengetahui tahun 2000-an awal sudah ada cewek berhijab jadi rocker. Apa salahnya?

Kemudian Reza melihat penumpang lain masuk gerbong mereka dari Depok, kemungkinan stasiun terakhir bagi drone dan pengendalinya untuk masuk kereta api. Serangan paling efektif dilakukan antara Depok-Bogor, atau Bogor-Sukabumi atau Sukabumi-Cianjur. Sebelum pintu menutup masuk lagi dua orang asing dengan aksen Malaysia. Yang satu bertubuh jangkung dan yang satu 165 cm memakai ransel. Masing-masing membawa gadget. Bandung memang langganan turir Malaysia dan Arab, tetapi dengan memakai komuner agak langka. Jadi wajib bagi Reza menjadikan mereka termasuk tersangka drone dan pengendalinya.

“Awak hendak lalu ke Pasarbaru,” kata yang jangkung.

Bukankah Nurdin M Top orang Malaysia? Reza harus berspekulasi lagi.

Tiga

Istirahat di Bogor. Sebelum mencoba jalur baru yang susah payah dibangun menghubungkan stasiun Bogor ke jalur Sukabumi. Rojali membagikan makanan kepada setiap penumpang dibantu petugas restorasi di Bogor. Di papan namanya Ibu Ulfah, seorang wanita setengah baya. Reza menguping pembicaraan mereka bahwa wajah Rojali mengingatkan dia pada anaknya bernama Franky yang meninggal karena kecelakaan di Puncak. Sama-sama asli Betawi.

“Bang Rojali, Betawi ya?” tanya Irvan. Rupanya mahasiswa mendengar percakapan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun