Reza kesal karena harus menguping pembicaraan mereka. Kakek itu bisa saja Si Samurai Teriyaki 12 mengingat bawaannya tongkat dan tas tangan. Bisa jadi kakek mengorek keterangan siapa cewek bule itu. Lalu ada seorang pria asing mungkin orang Timur Tengah usia 30 tahunan duduk di sudut membuka tabletnya. Bukankah dia bisa mengendalikan si kakek? Bukankah Teriyaki 12 adalah robot yang mampu menguasai puluhan bahasa asing? Ah, Reza merasa tolol seperti orang Hollywood yang menganggap setiap orang berwajah Timur Tengah itu teroris. Pengendali Teriyaki 12 ini tidak punya ideologi, camkan itu!
Orang asing lainnya ialah seorang Jepang namanya Takashi Simhura. Katanya pada anak muda sebayanya dia adalah mahasiswa baru jurusan BIPA [3] Universitas Indonesia dan kawan yang menemaninya ini mahasiswa Jurusan Sejarah UI namanya Irvan. Usia mereka 20 tahunan. Reza harus menguping banyak pembicaraan. Bukankah bisa jadi Takashi Simhura ini pencipta mainan berbahaya itu dan Irvan itu sosok drone Teriyaki 12 itu? Tetapi kemungkinan itu menjadi mengecil ketika seorang perempuan kira-kira tiga tahun di bawah Irvan naik dari Manggarai.
“Hallo Kang Irvan?”
“ Hey, si geulis pulang ka Bandung?” kata mahasiswa itu.
Berarti Tuan Takashi Shimura ini bukan si pengendali dan Irvan bukan drone. Yang cewek pasti bukan karena chemistry mereka begitu natural seperti sudah kenal lama. Dari obrolan mereka cewek itu mahasiswi Fikom Unpad. Namanya Risa Kariska.
Dari Manggarai juga seorang bule berusia 30 tahunan dan berkacamata. Tubuhnya jangkung, rambutnya coklat dan begitu dingin, sibuk dengan smartphonenya. Wajahnya seperti orang Latin. Bukankah bisa menjadi pengendali? Apalagi di belakangnya naik seorang wanita Indonesia tingginya 165 cm dan kulitnya sawo matang.
“ You must like to see Saung Udjo, but we can stay in Homann,” kata si cewek.
Mmmh, ini pemburu bule atau drone? Si cewek memakai ransel seperti halnya si bule. Bisa jadi senjatanya disembunyikan di celana kombinya. Brengsek, rata-rata mahasiswa memakai ransel dan memakai celana kombi atau jins dengan sepatu kets. Bahkan ada mahasiswa arsitektur dengan tabung berisi rancangannya yang bisa saja berisi senjata maut itu dan pengendalinya di gerbong lain.
“Jadi rencana kalian pertama ke mana dulu di Bandung?” tanya si kakek.
“ Malam nanti nonton konser Bandung Kota Musik di Sabuga. Besok pagi ke Tangkubanparahu atau kawah putih Ciwidey,” sahut Monika.
“ Menginap di mana?”