[caption caption="islustrasi pertunjukkan capeoira (kredit foto bantuscapoeiraindonesia.blogspot.com)"][/caption]
Irvan Sjafari peserta My Diary nomor 59
Saya nggak memanggil catatan harian saya dengan Diary, tetapi dengan “R”. Terinspirasi dari nama depan seorang perempuan misterius kenalan aku di angkot Kota Bandung dalam 2001. Nama Olie bukan nama sebenarnya dan sebgaian nama yang disebut ada yang benar dan ada yang disamarkan. Kata saya di dalam diary ini ditulis aku agar sesuai dengan omongan para pelakunya.
Jakarta-Depok, 11 Juli 2005
23.30
Dear R. Ini Puisi pertama aku untuk Olie. Perempuan luar biasa di kantorku.
Metamoforsis Capoerista
Kepada Olie
Bayi yang bereinkarnasi itu sudah tumbuh menjadi besar. Kaki-kakinya tidak lagi kenal lelah. Apalagi merah pada lututnya. Kukuh sudah dia dengan Ginga dan bernafas dengan Bimba.
Salve! Salve! Salve!
Peduli apa tulang belulang dan bangkai binatang pada hidangan mereka? Bukankah mereka hanya narapidana dalam rutinitas? Lebih baik mainkan Jogo dalam roda. Sambil mendengarkan Berimbau menghimbau.
Salve! Salve! Salve!
Jadi tak perlu lagi mencium bau amis sisa makanan utama, kan? Tak perlu lagi merasa menyeruput darah sendiri. Apalagi sampai lupa bernafas. Bukankah sudah ditutup oleh Master Bimba. Ketika dia sudah kukuh dengan Ginga.
Salve! Salve! Salve!
Katakan selamat tinggal pada ulat buruk rupa..yang menjadi sejarah dalam kepompong. Lebih baik ucapkan selamat datang pada kupu-kupu cantik di taman bunga para capoeirista. Metamoforsis luar biasa.
R menebak-nebak.
Jakarta, Selasa 12 Juli 2005
Dear R. Puisi kedua untuk Olie.
Kata bayi yang sudah besar itu: “Ini rumah keduaku! Grupo adalah kamar ku!” tempat aku belajar, bermain, bercanda dengan saudara-saudaraku!”
Dia seperti flamingo muda yang berbulu indah, berkilau ditimpa sinar dan cahaya mata Master Bimba. Di tepi air para capoeiraista adalah kawanan flamingo yang menari indah dan angun, smabil mendengarkan berimbau menghimbau. Ayo cicipi ginga! Jangan lupa tambahkan Samba dalam piring Roda!
Salve!
Aku suka senyumnya yang tulus seperti mengalir dari hati. Jauh ke dalam jantung Sungai amazona. Aku suka matanya yang tajam seperti mata jaguar, mengamati seperti menusuk.. Tiba-tiba dia tenang seperti salju Andes.
R tertawa ngakak. Dia selalu mentertawakan aku ketika memperkenalkan tokoh perempuan baru dalam diary. Life must go on.
Saya tak bisa menyangkal kehadiran Olirina di kantor mulai mengusik. Aku tak bisa menyangkal tertarik pada pesona “singa manis”, demikian julukan aku padanya. Dia menerkam hati begitu cepat di tengah belantara savana kering. Dia adalah energi bintang yang tidak pernah berhenti berpijar pada manusia-manusia sekelilingnya. Tetapi aku tak bilang bahwa aku cinta padanya. Mungkin hanya tetarik. Dia hanya sebuah magnet yang menarik.