Sebab, AI mampu mengerjakan pekerjaan yang dulu dilakukan oleh seorang guru profesional yang membimbing siswa untuk memahami sebuah materi, dan sekarang pekerjaan itu dikerjakan oleh AI, bahkan tanpa cela sedikit pun, kecuali hanya satu, yaitu kehadiran fisik.
Masa Depan Kemanusiaan
Ada sebuah euforia atas hadirnya AI ini, betapa peradaban manusia semakin lama semakin canggih sehingga menghadirkan sebuah teknologi, yaitu kecerdasan buatan yang mampu berlaku seolah manusia.
Namun, di samping euforia kebahagiaan atas lompatan besar ini, sepertinya ada banyak hal juga yang perlu kita khawatirkan.Â
Bagaimana dengan berbagai pekerjaan yang bisa digantikan oleh AI? Akan kah AI menggusur lapangan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh manusia?
Bahkan untuk hal yang secanggih itu, seperti menggantikan tugas guru saja AI sudah mampu melakukannya, bagaimana dengan tugas para tenaga administrasi sekolah, seperti surat-menyurat, absensi, pengisian buku induk? Bukankah ini juga bisa dilakukan dengan mudah oleh AI?
Rasa-rasanya kehadiran AI harusnya memang menjadi sebuah kewaspadaan bersama. Walau hal ini belum terjadi, tapi jika memang AI sudah mampu menggantikan pekerjaan manusia, maka bisa jadi ini adalah sebuah kiamat kecil bagi para pekerja.
Saya membayangkan betapa banyak pekerja yang akan kehilangan pekerjaan karena pekerjaannya digantikan oleh AI.Â
Bisa jadi akan ada gelombang massal pemutusan hubungan kerja gara-gara pekerjaan mereka digantikan oleh AI.
AI yang seolah menjadi solusi ternyata malah berdampak besar, bahkan mungkin sampai pada sektor ekonomi.Â
Bukankah dengan banyaknya pengangguran karena PHK akan menimbulkan masalah dalam perekonomian negara?