Khawatir saja jika AI sudah menjadi teman curhat, jangan-jangan rasa kemanusiaan kita semakin hilang entah ke mana.Â
Awalnya, saya pikir yang perlu kita khawatirkan gara-gara munculnya AI ini adalah para pekerja yang akan kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh AI.
Nyatanya, AI semakin lama semakin canggih, bahkan merambah pekerjaan yang melibatkan sisi kemanusiaan, yaitu curhat.
Bukankah curhat adalah mencurahkan perasaan kita, terutama saat-saat kita merasa berada dalam fase yang tidak nyaman, galau, sedang dalam konflik, atau apa pun itu yang membuat perasaan menjadi campur aduk?
Lalu, bagaimana jika AI sudah menjadi sebuah pilihan untuk menjadi teman curhat kita? Jangan-jangan itu adalah manifestasi dari sebuah degradasi kepercayaan antar sesama kita.
Atau jangan-jangan semakin banyak manusia yang justru merasa nyaman dengan AI, seolah memiliki dunia tersendiri bersama dengan AI, sehingga membuat antisosial semakin besar?
Menggantikan Peran Manusia?
AI memang seolah menjadi teman super cerdas bagi manusia saat ini. Terlebih sejak masa pandemi, kita semakin paham bagaimana teknologi mampu membuka batasan ruang dan waktu.
Tak terkecuali dengan perkembangan AI yang semakin pesat. Dan juga semakin banyak orang menggunakan bantuan AI untuk mengerjakan berbagai jenis pekerjaan yang biasanya kita kerjakan secara mandiri.
Saya juga adalah salah satu pengguna kecerdasan buatan ini. Terutama saya gunakan ketika mengerjakan berbagai tugas harian yang sungguh sangat mendukung tupoksi saya sebagai seorang guru.