Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tetap Semangat Pejuang Jalanan!

12 Desember 2024   23:24 Diperbarui: 13 Desember 2024   05:38 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pejuang Jalanan (Kompas dari SHUTTERSTOCK/SIYANIGHT) 

Pejuang jalanan yang "jompo", sebuah konsekuensi bagi para pejuang rupiah seperti saya, yang harus menempuh perjalanan 184 kilometer setiap hari, demi penghidupan layak bagi keluarga kami.

Dibilang "jompo", ya, memang ada benarnya. Di usia yang seharusnya masih bugar, saya justru sering merasakan pegal-pegal, mudah lelah, masuk angin, dan sakit punggung.

Menaklukkan jalanan setiap hari selama kurang lebih lima jam membuat saya gampang sakit. Saya berangkat setelah subuh dan biasanya tiba kembali di rumah sekitar pukul 16.30.

Memang tidak seberat teman-teman lain yang mungkin harus menempuh perjalanan lebih panjang, tetapi tetap saja, rasanya melelahkan.

Pada 2013, saya bahkan pernah merasakan kerasnya aspal menghantam helm saya. Untungnya, saya selamat, berkat bantuan penduduk setempat.

Kala itu, saya terserang microsleep, mata tetap terbuka, tetapi kesadaran hilang entah ke mana. Sebuah lubang besar menjebak roda depan motor saya, lalu semuanya berubah gelap.

Pagi itu adalah puncak dari semua rasa pegal, lelah, masuk angin, dan sakit punggung setelah tiga minggu berturut-turut merawat anak dan istri yang terbaring di rumah sakit. Rasanya, seperti "jompo" sebelum waktunya.

Mood Baik

Sebenarnya, yang paling memengaruhi tubuh tetap bugar atau tidak selama perjalanan justru berangkat dari sebuah mood. 

Saya selalu berpesan kepada istri, bahwa pagi hari saat saya berangkat adalah momen yang sangat krusial. Jangan sampai pagi itu menjadi pagi yang masam, karena pagi yang masam akan membuat tubuh muram sepanjang hari.

Rasanya, tubuh lebih cepat lelah ketika sejak pagi mood memang sudah tidak baik. Hal ini mungkin terjadi karena energi kita banyak terserap dalam pergulatan berbagai perasaan yang hadir saat menjalani pagi yang buruk.

Setiap kali berangkat di pagi hari, pelukan kepada istri dan anak adalah "menu wajib" yang tidak boleh terlewatkan. 

Pelukan tersebut menjadi pemantik mood yang baik sehingga perjalanan selama lima jam menggunakan motor terasa lebih menyenangkan.

Dengan mood yang baik, setidaknya kebosanan luar biasa saat berkendara bisa ditekan. Coba bayangkan, perjalanan lima jam dengan mood buruk, pasti akan menjadi tekanan yang luar biasa. 

Perjalanan seperti itu berpotensi membuat seseorang mengalami burnout atau bahkan terganggu secara mental, sehingga jompo lebih cepat melanda. 

Tetap Sarapan

Susu dan telur selalu menjadi menu wajib setiap pagi, ditambah madu. Saya juga tidak pernah melewatkan sarapan.

Walaupun harus berangkat saat pagi buta, sarapan tetap ada (terima kasih ya, sayang). Jika mood yang baik adalah "sarapan" bagi mental, maka nutrisi atau sarapan pagi adalah persiapan bagi fisik agar tetap tegar saat mengemudikan kendaraan.

Yang paling saya hindari biasanya adalah minuman dan makanan yang tinggi kandungan gula. Nasi dalam porsi berlebihan juga sering kali membuat saya mengantuk di jalan.

Minuman manis sengaja saya hindari karena kerap membuat saya harus berhenti berulang kali untuk buang air kecil.

Mengantuk selama perjalanan akibat terlalu kenyang, ditambah seringnya ingin buang air kecil, membuat tubuh lebih cepat lelah. 

Energi besar dibutuhkan hanya untuk menjaga kesadaran saat berkendara. Durasi perjalanan yang lebih lama akibat terlalu sering mampir ke toilet juga menambah kelelahan, hingga berisiko terkena jompo akut atau over fatigue syndrome.

Karena itu, sarapan tetap penting, tetapi dengan menu yang seimbang. Sarapan yang bermanfaat bagi tubuh, menyehatkan badan, dan menjaga tenaga sepanjang perjalanan.

Berhenti Saat Lelah

Lelah adalah pangkal dari berbagai hal buruk bagi para pejuang nafkah yang setiap hari harus berjibaku dengan waktu di jalanan. 

Kadang, dengan sangat terpaksa, saya harus memberhentikan motor di tempat yang aman untuk sekadar melepas lelah walau hanya sejenak.

Kelelahan membuat kita rentan selama perjalanan. Seperti yang pernah saya alami, harus beradu dengan kerasnya aspal saat microsleep melanda.

Selain itu, beristirahat sejenak ketika lelah dapat mengurangi rasa letih yang berlebihan. 

Jika kelelahan dibiarkan, efeknya bisa terakumulasi sehingga tubuh lebih rentan men-jompo yaitu mengalami pegal-pegal, masuk angin, dan sakit punggung.

Berhenti sejenak memang sering terasa "eman-eman", karena durasi perjalanan menjadi lebih lama. 

Namun, mengingat besarnya risiko ketika memaksakan diri saat lelah, lebih baik berpegang pada prinsip "alon asal kelakon", bukankah itu jauh lebih bijak?

Jangan Begadang

Ini juga yang menjadi kunci utama agar kita tidak menjadi jompo sebelum waktunya, jangan begadang! Sebab durasi istirahat yang terbuang tidak akan pernah bisa tergantikan.

Apalagi bagi pekerja seperti saya yang harus berangkat setiap hari, dari Senin hingga Jumat. Begadang ini sering membuat saya merasa jompo.

Pegal, lelah, masuk angin, sakit punggung, hidung meler, dan berbagai keluhan lain sering saya rasakan di pagi hari setelah begadang semalaman.

Maksimal, saya harus memejamkan mata saat jarum jam menunjukkan pukul 09.00 malam. Jika tidak, maka alamat badan akan terasa seperti badan jompo.

Pernah suatu ketika saya tetap melek hingga pukul 11.00 malam, dan yang terjadi keesokan harinya adalah saya benar-benar merasa jompo. 

Badan terasa pegal, lelah, mengantuk, masuk angin, dan berbagai macam rasa lainnya, pokoknya tidak enak sekali.

Suasana Menyenangkan

Yang jelas, kita harus pintar-pintar mengatur suasana di tempat kerja. Sebab, suasana kerja yang baik sangat mempengaruhi kondisi fisik kita.

Bukankah banyak yang bilang, kondisi mental yang kuat akan berimbas pada tubuh yang sehat? 

Maka, ketika mental kita baik karena lingkungan kerja yang menyenangkan, tubuh pun akan menjadi lebih kuat dan tidak mudah menjadi jompo.

Sugesti yang baik pada tubuh hanya akan tercapai jika jiwa kita sehat, yang tentu saja didukung oleh tempat kerja yang menyenangkan.

Bayangkan saja betapa menderitanya saya saat harus berjibaku selama sekitar 5 jam dalam perjalanan, lalu tiba di tempat kerja yang membosankan dan membuat hidup terasa lebih berat.

Untungnya, saya memiliki tempat kerja yang menyenangkan. Dengan teman-teman kerja yang baik, sesampainya di kantor, saya merasa itu adalah sebuah keistimewaan. 

Kantor menjadi tempat yang menyenangkan, sehingga memberi pengaruh positif pada kesehatan tubuh. Dampaknya, tubuh tidak rentan untuk menjadi jompo.

Tetap Semangat!

Mau kerja daring atau luring, atau yang kita kenal sebagai work from home (WFH), sama saja loh, potensi untuk menjadi pekerja jompo tetap ada. 

Setidaknya itu yang saya rasakan dulu saat WFH ketika Covid-19 melanda tanah air.

Selama kurang lebih 3 tahun, saya terpaksa harus WFH. Dan apakah dengan WFH tubuh justru malah menjadi bugar tanpa jompo? Nyatanya, tidak juga.

WFH berpotensi menjadikan kehidupan kita melambat. Kadang kehidupan kita hanya seputar kasur dan laptop, alias kerja-tidur, tidur-kerja.

Dulu, yang saya rasakan malah membuat saya bosan, pegal, cepat lelah, dan tentu saja tetap masuk angin. 

Artinya, semua mode kerja baik daring maupun luring memiliki potensi yang sama untuk membuat pekerjanya merasa seperti jompo.

Merasakan "jompo" saat menjadi pekerja juga bukan hal yang salah kok. Justru itu adalah hal yang manusiawi. 

Itu membuktikan bahwa kita adalah manusia, bukan robot yang selalu siap sedia bekerja tanpa mengenal lelah.

Saat kita merasa jompo, itu adalah alarm untuk mengistirahatkan tubuh sejenak. Atau bisa jadi ada pola hidup kita yang sedang salah, sehingga kita merasa terus-menerus jompo.

Yang pasti, itu kembali lagi pada kita. Tetap jaga tubuh, karena kita harus terus berjuang dan bertahan di tengah derasnya hirup pikuk perjalanan dan berbagai kebutuhan. Semangat selalu ya, pejuang jalanan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun