Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Pernikahan di Persimpangan Zaman

7 November 2024   19:56 Diperbarui: 8 November 2024   09:48 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak sedikit yang berpikir dua kali sebelum menikah, kecuali jika benar-benar siap menafkahi atau jika keduanya sudah mapan.

Sayangnya, di tengah semua ini, justru tagar #desperate sering muncul. Banyak pencari kerja merasa putus asa karena sulitnya mendapat pekerjaan. 

Padahal, standar kesiapan menikah sejatinya adalah memiliki penghasilan. Kini, pekerjaan pun sulit dicari, sehingga nyali untuk menikah semakin ciut. Umur pun terus bertambah, namun keberanian untuk menikah tak kunjung hadir.

"Menu" Baru

Fenomena ini semakin diperburuk oleh para influencer yang seolah mengampanyekan betapa sulitnya kehidupan setelah menikah. 

Beberapa pesohor dunia maya, bahkan yang berasal dari kalangan intelektual, mulai mengusung pandangan yang berbeda tentang pernikahan. 

Ada yang berprinsip bahwa menikah bukanlah hal yang wajib, cukup dengan mengadopsi anak saja. 

Ada pula yang mengusung filosofi "YOLO" (You Only Live Once), merasa tak perlu terburu-buru menikah karena hidup hanya sekali. 

Ideologi-ideologi semacam ini meresap hingga ke level pengguna gawai, mayoritas di antaranya adalah generasi yang tengah mempertimbangkan pernikahan. 

Akhirnya, pandangan ini menjadi “menu” baru yang dihidangkan bagi pola pikir generasi muda yang seharusnya siap menikah. Mereka mulai meniru apa yang tengah ramai dibicarakan.

Anda mungkin pernah membaca kisah seorang lajang yang mengadopsi anak, atau seorang jomlo mapan yang memilih untuk bertahan tanpa menikah dengan alasan ingin menikmati hidup sepenuhnya. Menikah pun tak lagi dianggap sebagai satu-satunya tujuan hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun