Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Pernikahan di Persimpangan Zaman

7 November 2024   19:56 Diperbarui: 8 November 2024   09:48 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak Ada Makan Siang Gratis

Dulu, semboyan "makan enggak makan, yang penting kumpul" masih terasa relevan. Namun, dalam konteks pernikahan, semboyan itu kini terasa sulit diterapkan. 

Dahulu, meski hidup berkekurangan, orang masih bisa berkumpul dan menikah dengan tenang. Namun, kini situasinya jauh berbeda. 

Alam dan lingkungan sudah berubah, gentrifikasi telah mengubah area hijau yang dulunya asri menjadi permukiman padat. 

Dulu, menikah tanpa pekerjaan tetap pun masih mungkin dilakukan karena sumber daya alam sekitar masih dapat memenuhi kebutuhan dasar. 

Namun sekarang, jangankan menikah, untuk yang jomlo pun terkadang sulit mencukupi kebutuhan harian.

Saya ingat cerita ayah saya tentang bagaimana ia memanfaatkan alam untuk bertahan hidup. Di masa itu, rawa di belakang rumah penuh ikan lele yang berlimpah, sementara semak ilalang yang tumbuh subur bisa digunakan sebagai bahan atap brak (rumah produksi bata merah). 

Dengan memanfaatkan alam, ia mampu memenuhi kebutuhan protein dari ikan air tawar dan menghasilkan tambahan pendapatan dari atap brak. 

Jadi, tak heran jika semboyan "makan enggak makan, yang penting kumpul" masih bisa diterapkan di zamannya.

Menikah sekarang bukanlah perkara yang sederhana. Lingkungan telah berubah, dan tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin besar. 

Upah yang terus tergerus inflasi dan harga kebutuhan pokok yang terus naik menjadi momok bagi generasi muda yang ingin menikah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun