Tidak Ada Makan Siang Gratis
Dulu, semboyan "makan enggak makan, yang penting kumpul" masih terasa relevan. Namun, dalam konteks pernikahan, semboyan itu kini terasa sulit diterapkan.Â
Dahulu, meski hidup berkekurangan, orang masih bisa berkumpul dan menikah dengan tenang. Namun, kini situasinya jauh berbeda.Â
Alam dan lingkungan sudah berubah, gentrifikasi telah mengubah area hijau yang dulunya asri menjadi permukiman padat.Â
Dulu, menikah tanpa pekerjaan tetap pun masih mungkin dilakukan karena sumber daya alam sekitar masih dapat memenuhi kebutuhan dasar.Â
Namun sekarang, jangankan menikah, untuk yang jomlo pun terkadang sulit mencukupi kebutuhan harian.
Saya ingat cerita ayah saya tentang bagaimana ia memanfaatkan alam untuk bertahan hidup. Di masa itu, rawa di belakang rumah penuh ikan lele yang berlimpah, sementara semak ilalang yang tumbuh subur bisa digunakan sebagai bahan atap brak (rumah produksi bata merah).Â
Dengan memanfaatkan alam, ia mampu memenuhi kebutuhan protein dari ikan air tawar dan menghasilkan tambahan pendapatan dari atap brak.Â
Jadi, tak heran jika semboyan "makan enggak makan, yang penting kumpul" masih bisa diterapkan di zamannya.
Menikah sekarang bukanlah perkara yang sederhana. Lingkungan telah berubah, dan tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin besar.Â
Upah yang terus tergerus inflasi dan harga kebutuhan pokok yang terus naik menjadi momok bagi generasi muda yang ingin menikah.Â